Who Amung Us

Selasa, 04 Juni 2019

Jika Aku Jatuh Cinta

Puisi Sayyid Qutb Ketika Ia Jatuh Cinta

Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.

Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu. 

Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.

Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu.

Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu.

Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu.

Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.

Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu.

Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.

Ya Allah Engkau mengetahui bahawa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-MU,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kukuhkanlah Ya Allah ikatannya.
Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya.
Penuhilah hati-hati ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.

(As-Syahid Sayyid Qutb)

Sabtu, 01 Juni 2019

Sebuah Suara

Ridla Surya Ramadlani
"Enggan Tumbang"
Foto ini diambil di serambi masjid Mujahidin, malam 22 Ramadan 1440 H. Tapi aku lupa, peristiwa dalam puisi ini terjadi pada malam keberapa. 

Aku masih ingat sekali
Isya tarawih di iktikaf tempo hari
Khusyu, syahdu
Aku larut dalam suasana haru
Terbawa suaranya yang amat merdu

Larut segala lelah
Larut segala resah
Larut segala gundah
Larut seuntai - nyaris- kesah
Indah...

Sudah lama sekali
Aku tidak salat senikmat ini
Walillahil hamd Ya Robbi,
Sampaikan terima kasih ku untuk pemilik suara ini

Nadanya mirip dengan ku
Warnanya begitu teduh, lembut, sejuk, merdu
Namun muatannya, aku yakin hafalannya banyak.
Salat kami lama, tapi nikmat.
Sempat ada satu jeda, di mana sepertinya dia terlupa,
Tapi jamaah ada yang mengingatkannya, lalu bacaannya lanjut, lebih lama.

Ya Allah, aku jadi punya satu doa baru.
Tadinya aku mau nekad doa begitu.. Tapi aku sadar siapa diriku.
Aku tersungkur dalam sujud pilu
Dan hanya sanggup lirih menyebut nama-Mu
Sungguh, tadinya aku ingin memintanya
Tapi Rabb, aku malu
Engkau pasti lebih tahu
Tak perlulah aku sok tahu.
Takutnya itu termasuk nafsu.
Salah-salah, kena dosa aku.
Istaghfiru..

Izinkan aku merangkai
Satu lagi doa teruntai

Ya Allah,
aku ingin suami yang jika bersamanya, surga-Mu menjadi lebih dekat bagi kami berdua..
Dan bagi kami sekeluarga..
Surga di dunia, surga di akhirat.

Kalau boleh kutambahkan,
Aku ingin ya Allah,
Suamiku seorang Qori', yang hafidz, yang da'i.
Yang ketika salat ku bermakmum padanya,
Aku bisa khusyu
Menghadap pada-Mu.
Yang ketika aku menyimak murojaah nya,
Aku selalu bangga,
Namun juga malu dan terpacu memperbaiki hafalan ku.
Yang jika dia bertutur dan berkisah, terhimpunlah banyak hikmah.
Yang jika dia berdakwah,
Hati manusia tergerak menuju-Mu.
Yang jika aku jadi isterinya, tenteramlah hatinya, tenteram  pula hatiku.

Jumat, 24 Mei 2019

Di2c, Medio 2019



Sekali lagi terbukti : apa yang dari hati, akan sampai ke hati.

Hal pertama yang muncul adalah rasa haru.  Membayangkan bagaimana kalian menyisihkan uang jajan, mengumpulkan nya, dan mengkoordinasikan dengan teman-teman seasrama. Membelinya, entah dengan cara apa. Menatanya sedemikian rupa.

Dan aku nyaris menangis melihat surat yang terselip. Bukan apa-apa.. Aku khawatir surat itu sobek, karena aku nggak ngerti urutan lipatan nya. Bagus banget euy.. Ini gimana mbuka nya biar nggak sobek atuh? Bisa bentuk love gitu. 😃

Lalu...

"Malaikat?"

Ya Allah, sempurna kaca-kaca memenuhi mata. Kalian hanya tidak tahu aibku, Nak.

Membacanya, kaca-kaca itu luruh, menitik ke bawah.

Aku bukannya tak pernah marah atau tak bisa marah. Aku hanya sedang belajar untuk menjadi seorang dewasa yang bertanggungjawab atas kalian.

Yang aku tahu selama ini.. Kalian itu ada, bukan untuk dimarahi. Bukan untuk dibentak, disakiti. Kalian adalah amanah, untuk dididik dengan baik. Dan beginilah caraku mendidik. Aku masih belajar menjadi guru yang baik.

Aku belum tahu cara yang paling baik. Tapi setidaknya, kujalani dulu saja yang aku bisa.

Aah.. Terharu, Nduk.. Ini cocok betul, aku butuh. Insyaallah bermanfaat.

Selamat pindahan besok. Baik-baik di kamar baru ya.. 😃

Rabu, 01 Mei 2019

Rindu Masa-Masa Itu


Ah, aku jadi kangen suasana kosan. Kangen TV semut nya. Kangen lorong penuh ranjau motor kalau kebelet tengah malam. Kangen jadi tukang parkir.

Kangen nyuci segunung (gombal seminggu) dan njemur di lantai atas, rebutan spot sama mbak-mbak. Kangen jungkir balik manajemen waktu pas musim air mati. Kangen ngungsi mandi ke NH.

Kangen piket ngepel, piket ngosek kamar mandi, piket buang sampah, piket imam..

 Ya Allah lama sekali aku nggak ngimami..
Ya Allah indah sekali, aku pernah jadi imam, merdu, bacaan tartil hasil (dan proses) belajar tahsin tiap Rabu malam. (Kangen surat izin takmiroh yang kutempel dengan bangga di mading kos, izin spesial untuk melanggar jam malam dalam rangka menuntut ilmu Quran. Bangga banget eh bisa keluar malam dengan izin resmi dari takmiroh 😈. Juga kangen dirosah muhadatsah setiap Jumat pagi.)

Aku di sana biasanya ngimami pakai surat yang sedang ku hafal. Bacaan nya panjang panjang, ya walaupun semua juga masih yang di juz 30 ajah.. Plus awalan Ar Rohman dan ayat tertentu Al Baqarah, Al Anfal, Ali Imron, At Taubah, Yasin, Ash Shaff, Al Mulk. Kecuali kalau pas keliatan pada capek atau buru-buru, baru pakai yang pendek2.

Ya Allah, sudah lama sekali itu. Aku nggak pernah hafalan lagi sekarang.

Rasanya senang, bisa khusyu sholat bareng teman-teman. Aku senang jadi imam, dan geerku sih kayaknya temen-temen juga seneng kalau pas aku yang jadi imam. Ah semua juga seneng, siapa pun yang jadi imam, asalkan bukan dirinya sendiri yang harus piket imam.

Kangen ketok-ketok pintu kamar temen-temen kalau mau subuh.

Kangen susah payah naikin motor buat parkir massal sementara di teras. Kalau pas udah malem tapi lorong masih dipake ngumpul sementara mata ku udah lengket.. Atau pas siang bolong tapi ujan.

Kangen susah payah mundurin motor turun dari teras, kalau pas yang ngeluarin kurang perhitungan. Udah Nanggung cuman sampai teras, madepnya malah ke dalam pulak. Haadduhh, syusyah beta pun urusan.

Kangen liat mbak2 kedatangan tamu ikhwan. Xixixixi, ngomong jauh-jauhan, mas nya di tangga, mbak nya di teras. Nggak saling lihat.

Kangen jadi juru nerima pembelian galon
😣
Ya Allah aku pernah setrong! 😥

Kangen rempong nya ngepel teras kalau pas bertepatan dengan mas-mas takmir lagi ngepel tangga NA 😨
Ya Allah itu repot sekali.. Antara mau nunggu tapi buru-buru, mau buru-buru tapi malu, takut juga keliatan auratnya.  Harus presisi atur tempat buat naruh ember nya biar nggak keliatan dari NA pas lagi meres gombal pel nya. Juga harus ati2 pas ngepel biar nggak keliatan tangan dan kaki nya dari NA. Hahahah

Kangen isya dan subuh di NA bareng Bu Kos. Bahkan kangen budhe2 yang kalau Sholat kedengaran sekali komat-kamit bacaannya, bikin salah satu mbak kos ilfil, katanya jadi nggak khusyu, terganggu lah gitu. Emang kenceng bgt yang blekuthuk blekuthuk.

Kangen kajian pagi NH. Akidah, Fiqih, tafsir, kontemporer, kemuslimahan kalau Jumat.

Kangen ikut kajian kampung bapak-bapak ibu-ibu tetangga kos. Mungkin aku satu-satunya sepanjang sejarah, mahasiswa ngekos yang ikutan pengajian keliling warga. Pernah ngajakin ade2 kos, Prima kayaknya pernah mau, tapi cuma 1x, abis itu aku sendiri lagi.  Pengajian Yang penuh uang dilempar-lempar 😰.

Trus kenyang dengan snack berat, kadang malah ada makan, tanpa susah jadi panitia. Disambut dengan tangan terbuka, ditunggu tunggu, kalau nggak dateng besoknya ditanyain sama ibu2..

Ternyata itu semua sudah lama sekali ya Allah...
Dunia sudah berubah.
Izinkan hamba berbenah..

Makan Ku Selama Kuliah

Warung ijo nasi goreng Legendaris itu sudah tidak ada di lokasi yang dulu. Entah pindah tempat, alih konsep, atau tutup selamanya.

Jadi, tadi aku tu lewat depan kampus. Lewat doang, bareng rombongan safar Boyolali - Karanganyar nganter boyongan manten. Kepo akutuh, budaya kita tu gimana.. Soalnya sering dengar ngeterke manten, tapi baru kali ini tadi aku merasakan.

Di perjalanan, tetiba aku inget masa-masa di kampus. Aku kangen makanan sana.

Aku jadi pingin sungkem sama bu Ardayu.. Selama 4 tahun ngekos + 2 tahun nglajo urus skripsi, makanan yang aku konsumsi, terbanyak adalah hasil masakan bu Ardayu.

Aku suka beli makan di Bu Ardayu. Meskipun posisi warung nya persis di tanjakan yang agak menyulitkan untuk berhenti, belok, dan parkir, tapi tidak menyurutkan langkah untuk beli makanan di sana. Porsi nya mengenyangkan, rasanya tidak mengecewakan, menunya bervariasi tapi ajeg, dadi isoh dicegerke.

Aku bisa makan hampir semua olahan Bu Ardayu. Cuman beberapa yang sering kuhindari: urap dan santan. Sama ikan-ikanan. Juga sambal. (eh, Tapi itu waktu itu ya.. Sekarang aku udah lebih gampang makan nya, gak banyak yang gak doyan.)

Sop, sayur bening, oseng kacang panjang, sayur buncis + Wortel, sayur asem, oseng daun pepaya, terong balado, labu siam, dan lain-lain. Lauk? Beraneka macam tempe atau tahu. Tempe goreng, tempe tepung, tempe bacem, orek tempe, kering tempe kriuk&/kentang, tahu goreng, tahu krispi, tahu bacem. Ituu aja diputer-puter 3x sehari, 7 hari seminggu, 28-31 hari sebulan. Di luar jadwal pulang tentunya, dan atau rezeki dari aneka seminar, Training, workshop, diskusi, dll, atau juga makan bersama teman, rihlah, reuni, kajian, daaan, traktirannn, yeayyy. Biasanya menu telur, lele, ayam, itu kudapatkan tanpa membeli sendiri dengan sengaja.

Sesekali, jika sedang ingin menghadiahi diri sendiri atas suatu keberhasilan kecil, aku makan di Bu Cok. Pojokan jalan perempatan. Kalau di Bu Cok, nasinya uennnaaaakk, wangi, pulen.. Menthik wangi kayake. Selalu, pokoknya nasinya sangat memanjakan selera. Trus pakai cah taoge+tahu, sayur jamur tiram, sama mungkin tempe goreng atau tahu krispi kalau ada. Itu ennakk. Tapi porsi nya kecil kalau diambilkan. Kalau ambil sendiri, aduh, harganya jadi mahal kalau porsi nasiku yang normal itu ditambah sayuran yang kebanyakan. 😃 Oya, terakhir ke sana, Bu Cok udah nggak jualan. Entah kenapa.

Kalau lagi ngirit, aku beli di ngoresan, jalan menuju As Gross, kanan jalan, ada gerobag, yang jualan nggak jilbaban. (padahal Bu Ardayu dan Bu Cokro juga Nggak jilbaban loh xixixi). Kalau di situ, favorit ku beli terong balado. Lauknya.. Tempe bacem biasanya. Tapi rasanya agak gimana gitu tempe bacem nya. Suatu hari mbak kos ada yang bilang, kalau beli di situ takutnya nggak jaminan halal. Sejak itu aku nggak pernah lagi beli di gerobag situ.

Kalau lagi kere sakpole, beli maem nya di nasi goreng warung ijo tadi. Murrraahh meriah, enak gilak, tapi kurang sehat, kurang serat+vitamin +mineral. Ehehehehehehehe. Tapi asli, enak. Gimana enggak, wong masaknya aja pake arang. Wah, sangit gurih gimanaa gitu. Tapi ya lama banget masaknya, kudu super duper sabar.

Oya, kalau ke sana (warung ijo) itu biasanya ngepasi selain pas kantong kering, juga pas libur nggak sholat. Soalnya bukanya sore banget, jelang maghrib. Itu udah harus dateng, antri pesen. Sama ambil tempat. Soalnya kalau sampai nggak kebagian tempat, kita harus duduk di trotoar/batu-batu/sak ketemune panggon, kalau pun sudah kebagian makan. Kalau nggak buru-buru pesen di awal, misal abis maghrib kita baru dateng, tempat nya udah penuh, bisa-bisa nasi goreng nya juga udah abis 😑

Abis pesen, nunggu lamaaa sampai mateng trus dibagi jatah pesenan masing-masing. Makan, laporan, bayar. Nanti habis isya udah tutup biasanya. Habis nasinya.

Aku jarang juga sih ke sana. Cuma beberapa kali. Yang paling sering tu sama Rini. Bahkan entah berapa kali itu, dia yang traktir. Nasi goreng yang enag banged ditambah lalap timun+kol dan telur dadar, uaaahh nikmatnya masyaallah.

Yang masak ibunya, yang ngeladeni anaknya, adek cuantik, mulus bgt kulitnya (kok bisa ya? Pengennn) , sayang nggak jilbaban..

Oya, satu lagi, kalau makan di sana, kita bakal disamperin pengamen. Secara ya, aku kalau ke sana itu cuman bawa kepingan uang logam sisa-sisa yang masih bisa ditemukan di berbagai celah tas dan saku.. Itupun jumlahnya udah ngepres banget, kadang buat minum nya aja nggak cukup. Jadilah, aku sering nolak, atau diem. Pastinya Rini yang terus ngerogoh2 dompet buat ngasih ke pengamen nya. Heuheuheu.

Oya, kalau sarapan beda lagi. Aku awalnya suka beli di Ibu Kos. Biasanya gelar meja di depan rumahnya, depan masjid NA. Jadi tinggal keluar kos berapa langkah, udah dapet sarapan. Tapi emang rasanya emmmh, gimana ya, kurang cocok sama lidah ku. Kayak kurang bumbu atau salah bumbu gitu. Hampir semua jenis masakannya terasa aneh. Biasanya sih aku beli nasi pecel+kering tempe. Kadang tambah 1 tempe tepung dan atau perkedel kalau pas banyak duit.

Lama-lama aku tau kalau di perempatan seberang nya Bu Cok, ada warung khusus sarapan. Aku cocok banget sama pecel nya. Lauknya kering tempe kriuk+kentang. Agak kemanisan sih, pecel dan keringnya, tapi enak. Porsi kecil tapi murahh. Nggak keitung beli lauk kalau sayur nya pecel + kering. Kadang ditambah perkedel atau tahu krispi yang bentuknya kayak kupu-kupu. Pernah juga beli ketan di sana, enak.

Kalau pulang sore, kadang dititipi mbak2 kos, teh puanas mongah di Mas Same. Ehya, terakhir kali keliling ke sana, aku lihat usaha Mas Same berkembang pesat, ada beberapa cuci motor pun.

Kadang juga teh di hik Surya Utama tu, enag jugak.

Kalau lagi banyak uang, suka beli cemilan: molen isi kacang ijo favorit ku. Beli di mas cina Surya 2. Sejak nikah, trus mudik, trus kayaknya nggak balik lagi deh. Pernah lihat istri nya, ya Alloh cantik sekali. Pernah satu kali pas aku amat sangat kere sekali, aku dikasih mi instan nya Rina. Waktu itu kita belum sekamar, dia masih di kamar belakang dekat kamar mandi. Mi instan itu, demi supaya kenyang, kan harus dimasak. Kalau dikremus garingan, nggak kenyang malah begah. Aku nggak doyan mi instan biasa non seduh yang dimasak model seduh pakai air rebusan dari heater. Kagak mateng atuh. Methothor bikin kembung.

Akhirnya dengan mengucap bismillah, aku memberanikan diri melangkah ke warung mas cina. Aku minta tolong dimasakin mi itu. 😅😅😅

Bingung lah dia kasih tarif jasa. Akhirnya diminta ngasih Rp 500 aja. Bayang pun, masakin, repot, modal gas, air.. Peralatan.. Mbungkusin pulak pakai plastik, susah kan, panass,. Cuman diharga 500😱

Alhamdulillah, kenyang. 😭
Habis itu aku malu banget, lamaaa nggak berani ke sana. (Itu tuh bulan puasa soalnya, siang-siang.. Warung nya gak buka padahal. Kauganggu minta tolong dimasakin mi hahahah). Habis itu dia nikah, isterinya sempat tinggal bareng di warung itu, tapi habis itu terus pergi nggak balik-balik. Molen nya ngangeni ya Allah. Enak lezat bergizi. Bentuknya unik pula, bulet. Kalau yang molen pisang sih nggak suka, biasa aja soalnya.

Kalau pengen kasih hadiah buat prestasi, kadang aku juga beli jus. Biasanya yang murah tu di pojokan tikungan dari NA ke Surya 3. Warung baru. Sepertinya berkembang, jadi ada soto dll nya. Awalnya pas jaman ku itu cuman jus. Paling sering jambu merah, yang murah meriah. Kadang Wortel + tomat. Atau alpukat. Kalau lagi pengen yang paling mewah, strawberi 😉

Kalau pas situ kosong atau nggak buka, dan sebelum situ jualan, aku beli di jus Marie depan ote-ote. Awal masuk jalan Surya Utama. Kalau di sana, Opsinya yang biasa ku beli.. Sama sih. Heheheh. Pernah juga belakangan setelah NH yang versi baru mulai jadi, aku beli di gerobag bagus belakang kampus. Namanya apa ya? Dekat deretan fotokopi Hasbona, kos-kosan dan sebagainya itu. Sekarang tambah besar kayaknya. Nambah karyawan juga. Alhamdulillah.

Belakangan, kalau aku lagi pengen menghambur-hamburkan uang, misalnya lagi sakit, nggak nafsu makan, manja, atau apalah, aku beli Sop Matahari di warung lesehan Sakina nun jauh setelah As Gross masih masuk lagi.

Oya btw aku pernah beli juga di seberang Ar Royyan putra. Apa itu namanya, lupa. Pas Ety dan Irine usul rapat Kaderisasi sambil makan-makan. Kita makan di sana. Setelah itu, kalau pas ada tastqif, dauroh, atau acara lain di area sana, kadang aku beli di sana. Mahal sih. Tapi berkelas gitu.

Ohya, tragisnya, aku hampir selalu makan sendirian di warung. Kalau dibawa pulang, nah itu baru makannya bareng temen-temen kos.
Hebad kand? Syedihh.. 

Senin, 29 April 2019

Kelopak Cinta di Ujung Senja


Landz Canovea/Herland Purnama

Ada rasa cinta hadir dalam jiwa
Hadir harapan mimpi menjadi nyata
Meski disadari tak harus selamanya indah
Karena semua Kau yang tentukan segalanya

Ada cinta didalam harap dan do'a
Namun tak pantas ku untuk memaksa
Bila tak Kau inginkan untuk terjadi
Ajarkanku tuk relakan hati

Jalan takdir ku serahkan padaMu
Ku hanya manusia upaya tuk tempuh
Andai semua tiada akan terwujud
Kan kutunggu semua dengan
sujud

Izinkan aku ungkapkan satu pinta
Andai tak kudapati harapku
disenja ini
Izinkan ku dapatinya disenja nanti
Yang takkan pernah lagi berakhir

Jalan takdir ku serahkan padaMu
Ku hanya manusia upaya tuk tempuh
Andai semua tiada akan terwujud
Kan kutunggu semua dengan
sujud

Izinkan aku ungkapkan satu pinta
Andai tak kudapati harapku
disenja ini
Izinkan ku dapatinya disenja nanti
Yang takkan pernah lagi berakhir
...
Andai semua tiada kan terwujud
Kan kutunggu semua dengan
sujud

Selasa, 23 April 2019

Brbrbr

Selamat malam, masa lalu yang pernah indah
Mari kita saling meninggalkan

Aku akan berusaha tetap waras
Dan jangan sampai tumbang

Mngmngmng

Tak kupungkiri
Aku rindu
Namun aku tahu
Rindu ini candu
Aku ingin bebas
Menyongsong masa depan ku
Maka kubuang, kumatikan segala cara
Yang bisa menghubungkan kita
Toh kalau jodoh, nggak akan kemana
Kita pasti bakal nikah juga.
Tapi kalau bukan jodohnya
Aku tak mau buang waktu
Aku tak rela bila akan terluka.
Cukuplah bagiku Allah
Hati ini, rasa ini
Dia yang cipta.
Biar Dia saja yang menjaga
Dan memenuhi segalanya

Rabu, 17 April 2019

Alhamdulillah 'ala kulli hal

Tadinya aku sudah didaftarkan jadi saksi. Tapi ternyata aku dapat jatah TPS yang "berbahaya."

Pada jam-jam terakhir sebelum penyerahan surat mandat saksi ke KPPS, akhirnya dengan berbagai pertimbangan, terutama alasan keamanan, MR ku memutuskan mencabut ku dari daftar saksi, dan dicarikan ganti. Alhamdulillah nya kok ya langsung dapat nama dalam 15 menit. 😃

Lalu aku diberi amanah lain yang lebih krusial. Keliling di TPS TPS desa ku, kawal hingga akhir. Cocok. Aku suka.
Passion ku memang di situ.

Periode sebelum nya aku berperan di situ juga, tapi ber banyak orang. Ada temennya. Kali ini sendiri. Menantang, tapi insyaallah bisa. Aku tahu caranya.

Daerah ku, daerah MR ku, dan termasuk daerah yang aku tadinya akan jadi saksi, termasuk daerah hitam. Rawan kecurangan.

Kalau aku bisa memantau TPS TPS sedesa, itu akan sangat membantu. Daripada aku menampakkan diri dengan status ku sebagai saksi dari partai ku.. Resiko nya terlalu tinggi. Maslahat nya sedikit, tetapi banyak madhorot nya.

Ya sudah, begitu keputusan nya. Semoga ini yang terbaik.

Hari H pun tiba, saatnya menjalankan misi. Tapi ternyata... Lanjut di tulisan lain.

Final: Mission Failed



Jika bicara prioritas, maka pilihlah yang paling mendekatkan mu pada syurga, pada ridha Nya.

Meski harus berurai air mata.

Aku belajar untuk rela. Menerapkan apa-apa yang sering dinasihatkan. Meskipun hasilnya gagal, tapi kan yang penting ibuk ridha.

Detik-detik di saat aku kemungkinan lagi sibuk mengusahakan dapat foto valid C1.. Jadinya malah kupakai menemani ibuk dan pipi makan bersama, jajan di penyetan Kajen.

Ibuk lapar. Kita nggak ada makanan di rumah. Dan terlalu panjang urusan kalau mengusahakan masak. Akhirnya yang gampang ya jajan.

Sebenarnya aku sendiri udah nggak lapar. Makanya pas pertama diajak ibuk ke kucingan, aku langsung bilang, "Mbok sama Pipi aja.." 
Soalnya pikirku, (1) aku nggak lapar. (2) aku nggak suka menunya. (3) Pipi lebih mungkin butuh makan. (4) aku punya urusan sendiri harusnya.

NB: ini Lili lagi liburan karantina persiapan UTBK di kontrakan mas-mas nya di Tangerang. Bapak lagi ngaji di masjid.

Tapi terus kita ngobrol ngobrol kemungkinan menu lain. Dan aku nggak tega juga, masak ibuk ngajak aku trus aku tolak mentah-mentah, padahal udah ditawarin menu lain yang lebih menarik. Jarang ketemu ini. Dan kedepannya kemungkinan bakal semakin susah lagi.

Yaudah kita siap-siap. Pas udah siap, ambil motor di samping pipi, pipi ditawarin, dia mau. Lia ditawarin sekalian, nggak lapar katanya. Akhirnya, kita berangkat bertiga.

Kukira setengah jam lah ya, makan itu paling. Apalagi ini jajan di tempat orang. Eh ternyata selesai dalam 2 jam. Ahhaha ha ha ha ha ha ha ha... Yoweslah.

Pulangnya kita (aku) sengaja lewat pusat pusat keramaian hari ini. TPS masih pada ramai di mana-mana. Bahkan sempat papasan sama mobil bak yang kemungkinan untuk ngangkutin surat suara ke Kecamatan. Aku pengen mampir sebetulnya, tapi nggak bawa hp juga, jadi buat apa.

So, hingga detik ini, misi ku hari ini gagal. Tapi alhamdulillah setidaknya ibuk dan Lia tadi pagi ke TPS bareng aku dan kita bertiga milih nya sama :v

Bertahap lah ya. Sedikit demi sedikit. Tahun berikutnya semoga ada peningkatan positif.

Malam ini, yang penting ibuk tidur dengan perut kenyang dan tadi sudah puas makan sesuai selera favorit nya. Aku yang uring-uringan sepanjang hari, apalagi pulang dari jajan yang kemalaman, 2 jam kemudian ini udah mulai sembuh lah ya.

Tadi habis aku ngomong dikit di grup keluarga, eh tanpa kuduga, Bapak langsung   keluar naik motor. Ternyata ke Kecamatan. Trus pulang bawa oleh-oleh 1 foto bagus tapi hasil rekapan sekecamatan, sama 1 foto bagian bawah C1-- mana entah--yang teramat blur.

Ya Allah, Bapak... Terhura daku.
Alhamdulillah 'ala kulli hal.

Minggu, 14 April 2019

Hei Idealisme

Tata ulang waktu mu, Cinta.. Energi mu..
Bukankah kau sendiri yang bilang, kau ingin hidup untuk dakwah, kau ingin mengabdi untuk umat. Lantas kemana semua itu.?

Kau pernah begitu tangguh menanggung banyak hal. Apa tak bisa seperti itu lagi?

Memang setiap orang bisa berubah. Banyak yang berubah darimu. Beberapa positif, tapi sebagian juga negatif.

 Sadarlah, sekarang ego mu tinggi sekali. Dulu kau bisa berkorban untuk yang lain. Sekarang? Semuanya berkorban untuk mu. Apa-apaan itu?

Mereka hanya meminta sedikit waktu yang kau bisa sisihkan.

Kalau untuk hal ringan yang menyenangkan dan risikonya kecil begini saja kau tidak bisa, tidak mau, acuh, dan abai. Bagaimana kelak kau harus bertanggungjawab atas sesuatu yang lebih besar?

Manajemen kembali waktu dan energi mu. Mungkin benar ragamu tak setangguh dulu. Tapi apa iya mental mu sekarang selemah itu?
Selamanya selemah itu?

Mau sampai kapan?

15 April 2012 09.11

Sudahlah Sudah


Baju yang serasi itu
Kunjungan dan penjengukan itu
Semua hanya kebetulan.
Ujian untuk ku agar bisa lulus menjaga hati..

Ketika adikku dengan sungguh-sungguh mengatakan bahwa dia sudah ingin punya someone fighting for.

Berarti.. Dia belum.

Well yah, kalau mau mengasihani diri..
Aku belum punya someone fighting for me.
Ha ha ha hi hi

17 Februari 2019 15.56

Begini Aku Menikmati Pekerjaan ku

Ya Allah, hari yang berakhir indah
Well, belum berakhir sebetulnya, ini masih sore
Tapi aktivitas mengajar ku sudah terlaksana, usai, tuntas, dan bahagia

Kelas 8i2 memang istimewa
Aku mengajar mereka di jam terakhir, setelah seharian berjibaku di semua kelas lainnya.

Yang sulit ditangani memang ada.
Tapi banyak yang sholih nya mempesona.
Kayak gini ya rasanya kalau ada penyejuk hati. 😃
Robbana hablana min azwajina wadzurriyyatina qurrota a'yun waj'alna lil muttaqiina imaama.

Aku takjub dengan kelas ini.
Banyak penyair nya..!
Meski banyak juga yang tadi dan kemarin kedapatan menjiplak karya temannya.

Ya Allah, ekspresi mereka..
Tak terlukiskan indahnya.
Membuncah rasa puas di dada.

Meski hampir separuh kelas tidak hadir.
Banyak urusan nya.
Tapi pulang dari sana, rasanya ringan dan lega.

Satu catatan ku.
Jangan pernah lupa minta pada Allah pada pagi sebelum hari dimulai
Agar Dia atur segala urusan kita
Dia selesai kan segala tugas kita.
Dia cukupkan segala keperluan kita
Dia bukakan jalan keluar untuk segala persoalan kita
Dia limpahkan rezeki yang halal dan barokah.
Dia beri kita sehat dan semangat.
Lalu kerjakan bagian kita. Ikhtiar, ikhlas, doa, tawakal. Dengan sebaik yang kita bisa.
Biar Allah yang selesaikan sisanya.

31 Januari 2019

Kamis, 11 April 2019

Jawab untuk Tanya


Ya Allah, aku baca Pergi
Ilegal sebetulnya
Tapi ya Allah, aku dapat inspirasi.

Bisa jadi dia memang merasakan perasaan yang sama.. 
Tapi dia terperangkap dalam kerumitan kisah hidupnya. 
Seperti Samad, Bapak Bujang si Babi Hutan.

Bisa jadi dia sedang mempersiapkan segala sesuatu nya, entah untuk siapa.
Atau sempat bingung di persimpangan pilihan pilihan.

Yang jelas, aku sudah melepas.
Kurelakan tak mendengar jawaban.
Biar Engkau saja yang menjawab tanya ku, Tuhan
Biar Kau yang mengirim jawaban
Yang tidak lagi mengundang pertanyaan.

Siapa pun dia, jika dia adalah jawaban Mu untuk ku,
Mohon tumbuhkan cinta yang barokah di antara kami.
Kemudian jadikan cinta barokah itu menyubur di bumi, dan menyinari rumah kami di firdaus Mu yang tertinggi.

Kamis, 14 Maret 2019

Jadi Hadhonah

Desember 2012 kalau tidak salah. Aku diSMS mbak MR tentang penawaran Hadhonah untuk acara seminar Ayah Hebat.

Saat itu dengan semangat aku mengiyakan, tanpa mencari tahu apa itu Hadhonah.

Tibalah hari H. Aku datang tepat waktu meskipun jauh-jauh dari Klaten.

Aku diarahkan panitia ke sebuah ruangan. Entah apa jobdesk ku, aku belum tahu. Menunggu.

Datanglah sepasang suami isteri bersama anak nya, masih bayi. Lalu anaknya ditinggal pada ku, dengan dititipi tas berisi perlengkapan nya.

Otak ku berputar, akhirnya aku paham Hadhonah itu apa.

Satu demi satu anak diantar ke tempat ku.

Kepanikan mulai melanda.

Ada ibu muda berkomentar, duh Ammah nya cuma 1.

Di sinilah aku mulai paham arti kata ammah.

Ahhaha ha ha ha ha ha.

Satu per satu bayi mulai nangis. Kepanikan semakin pekat.

Tapi alhamdulillah, aku bisa melewati itu semua.

Sudah lama sekali. Sejak itu, belum ada tawaran jadi hadhonah lagi.

Minggu, 24 Februari 2019

Tempat Terbaik Alhamdulillah

Allah memberi ku karunia berupa tempat terbaik dimanapun aku berada.

Oekusi, Ambeno. Awal hidup yang... Panjang ceritanya 
😅
Yang jelas aku bisa menjalani masa kecil yang menyenangkan meskipun ada yang berat juga. Aku jadi anak yang kuat. Desa Palaban, sudut kompleks yang sepertinya aku nyaman di sana. Termasuk daerah yang paling aman ketika terjadi huru-hara. Di saat daerah lain sudah hancur, bahkan beberapa tetangga rumahnya rata dengan tanah, sepetak rumah kami masih bisa ditinggali. Aku baru merasakan Timor-Timur itu tidak lagi aman adalah ketika sudah sampai di pelabuhan. Kacau, tak nyaman, menakutkan. Tapi sebelumnya, tempat kami itu ya nyaman sekali. Semua ada di rumah kita. Hehe, aku belum ngerti susahnya urusan orang tua.

Jepara, di sana aku menemukan akar. Bersentuhan dengan alam yang berbeda, membuat aku sadar bahwa yang ku miliki luar biasa.

Solo, dimana aku memulai langkah menemukan jati diri. Dimana aku mencetak jejak, menatah sejarah. Bahwa aku pernah ada. Bertemu banyak teman, yang di antara mereka ada yang menjadi teman setia. Menghimpun ide, merangkai asa, menekuni suka cita perjuangan masa muda.

Solo yang bersejarah.
Solo yang menyejarah.

Klaten. Dimana aku mengalami banyak hal. Pedesaan yang dekat dengan kota. Mudah dan bebas mengakses segala fasilitas.

Magelang. Tempat yang pernah secara random kucita-citakan. Pusat pemerintahan, namun nyaman, dilingkung persawahan. Dimana kesibukan nyaris tiada jeda. Namun lega, memahami bahwa hidup ini bermakna, dan bahwa aku juga bisa. Dekat dengan orang - orang sholih nan mensholihkan.

Dimana pun, aku ditempa.
Karya Allah lah semua.

Robbi anzilni munzalam mubarokaw wa Anta khoirul munziliin

Kamis, 10 Januari 2019

Peniti 8i2


10 jam mengajar hari ini,


full tanpa jeda selain istirahat pertama dan kedua.

Full semangat. Ku hemat energi di setiap jeda, rebahan tentunya

Hingga tiba di jam terakhir.

Peniti Jilbab ku lepas.

Aku riweuh membetulkan jilbab.. Memunggungi mereka. Berkali - kali

"Kenapa to bu?" Salah satu bertanya.

Peniti nya lepas, Kata ku. (Ada yang bilang uh ribet)

"Emang ikhwan ada yang punya peniti kah?" Aku pesimis.

Ternyata ada. Padahal aku sudah pesimis duluan.

Ada, tapi guedhe guedhe kayak yang buat meniti tas jebol.

Yaudah lah. Mereka kan bukan butuh guru yang rapi jali penampilan nya tanpa cela imoet bak boneka. Mereka butuh guru yang mengajar dengan merdeka, seperti apapun peniti yang nyangkut di jilbab nya.

Aku nunggu mereka menyiapkan peniti nya.
Lama.
Eh ada yang malah ngasih kaca.

Well aku bingung itu kaca buat apa.

Kutaruh di atas lemari saja.

Oh rupanya aku dipremakke bocah-bocah lanang kuwi.

Pikir mereka pasti, bu guru  akan butuh kaca seadanya buat bercermin.

(Uh, tambah ribet, kata ku)

O-ow

Hehey

Maaf ya nak, malah kutaruh di atas lemari

Ku pakai peniti raksasa itu seadanya

Beres.

Dan aku lanjut ngajar seperti biasa.

Oya, karena aku mulai capai, bagian yang di kelas - kelas sebelumnya ku bahas langsung secara dikte, di kelas terakhir ini ku minta mereka mengerjakan di buku tugas. Tepat sesaat setelah kecelakaan peniti ku lepas. Maka ku ambil jeda untuk mengurus nya.

Lalu setelah nya, ku abadikan dengan hati berbunga riang.