Who Amung Us

Sabtu, 01 Juni 2019

Sebuah Suara

Ridla Surya Ramadlani
"Enggan Tumbang"
Foto ini diambil di serambi masjid Mujahidin, malam 22 Ramadan 1440 H. Tapi aku lupa, peristiwa dalam puisi ini terjadi pada malam keberapa. 

Aku masih ingat sekali
Isya tarawih di iktikaf tempo hari
Khusyu, syahdu
Aku larut dalam suasana haru
Terbawa suaranya yang amat merdu

Larut segala lelah
Larut segala resah
Larut segala gundah
Larut seuntai - nyaris- kesah
Indah...

Sudah lama sekali
Aku tidak salat senikmat ini
Walillahil hamd Ya Robbi,
Sampaikan terima kasih ku untuk pemilik suara ini

Nadanya mirip dengan ku
Warnanya begitu teduh, lembut, sejuk, merdu
Namun muatannya, aku yakin hafalannya banyak.
Salat kami lama, tapi nikmat.
Sempat ada satu jeda, di mana sepertinya dia terlupa,
Tapi jamaah ada yang mengingatkannya, lalu bacaannya lanjut, lebih lama.

Ya Allah, aku jadi punya satu doa baru.
Tadinya aku mau nekad doa begitu.. Tapi aku sadar siapa diriku.
Aku tersungkur dalam sujud pilu
Dan hanya sanggup lirih menyebut nama-Mu
Sungguh, tadinya aku ingin memintanya
Tapi Rabb, aku malu
Engkau pasti lebih tahu
Tak perlulah aku sok tahu.
Takutnya itu termasuk nafsu.
Salah-salah, kena dosa aku.
Istaghfiru..

Izinkan aku merangkai
Satu lagi doa teruntai

Ya Allah,
aku ingin suami yang jika bersamanya, surga-Mu menjadi lebih dekat bagi kami berdua..
Dan bagi kami sekeluarga..
Surga di dunia, surga di akhirat.

Kalau boleh kutambahkan,
Aku ingin ya Allah,
Suamiku seorang Qori', yang hafidz, yang da'i.
Yang ketika salat ku bermakmum padanya,
Aku bisa khusyu
Menghadap pada-Mu.
Yang ketika aku menyimak murojaah nya,
Aku selalu bangga,
Namun juga malu dan terpacu memperbaiki hafalan ku.
Yang jika dia bertutur dan berkisah, terhimpunlah banyak hikmah.
Yang jika dia berdakwah,
Hati manusia tergerak menuju-Mu.
Yang jika aku jadi isterinya, tenteramlah hatinya, tenteram  pula hatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar