Who Amung Us

Sabtu, 21 Juni 2014

Pesan untuk Jundullah

Selamat datang, saudara-saudara.
Posting kali ini mencoba memulai sesuatu yang baru. Mengikat ilmu.
Saya baru sadar, jurnal-jurnal hidup saya yang terbagi jadi beberapa (dan insyaallah akan jadi makin banyak dan makin banyak lagi) episode, dan kemudian terpencar sesuai kondisi kehidupan yang selalu berubah.. yeah, ternyata.. mengkhawatirkan.
Setiap kali menemukan jurnal hidup lawas dari jaman dulu kala, lalu menapaktilasinya, selalu saja saya tercenung. Seperti menemukan sesuatu yang baru, yang tidak pernah saya tahu, apalagi saya tulis dengan tangan saya sendiri di situ. Naas.
Saya pun semakin menginsyafi bahwa kemampuan otak ini terbatas.. sedangkan daya tahan buku-buku itu juga tak seberapalah adanya. Rapuh semua. Maka dari itu, kiranya perlulah saya ikat ilmu-ilmu itu di sini. Supaya serakan-serakan itu memuara. Dan agar tidak hanya saya seorang yang berkemungkinan menjadi konsumennya. Hikmah adalah milik setiap muslim yang hilang. Siapapun yang menemukannya, dia yang paling berhak atasnya. Siapalah saya, kok sok-sok-an nggudangin ilmu. (di gudang beneran! kadang2 kan jurnal lama juga sempet lah pasti ndlesep di gudang..)
:p

Tret teroree roreett, Inilah dia.. Edisi perdana di label ini, dapet dari majelis rumpi bunder bahagia tralala lala lala bd*ic :

Hal-hal yang akan dihadapi oleh jundullah, yaitu ya kita ini.. bukankah setiap kita adalah tentara Allah?
:)

Jadi begini. Setiap pribadi manusia memegang peran sebagai jundi, alias prajurit, entah itu levelnya di prajurit bawahan atau prajurit atasan. Orang yang paling atas sekalipun adalah jundi.. bukankah hanya Allah saja yang Maha Tinggi?

Setiap prajurit, punya pemimpin, kan. Nah, setiap kita harus tuh punya sikap selayaknya seorang prajurit sejati. (Tapi inget jugak, ati-ati, perhatikan kepada siapa kau letakkan kesetiaanmu. Jangan asal bin sembarangan. Pastikan kau tidak menghamba pada sesuatu yang tidak benar. Camkan itu!)

Dan seperti apakah gerangan sikap seorang prajurit?!
Kemanapun pemimpin mengarahkan, prajurit harus siap bergerak. Kemanapun pemimpin kita mengarahkan, kita harus siap bergerak. Itulah kita. Karena setiap kita, adalah seorang prajurit.

Lalu ini dia secuplik bekal untuk sang Jundullah. Sudah lekat di benak kita bahwa tabiat jalan dakwah itu terjal, panjang, dan sepi. Maka kita perlu bersiap menghadapi yang tidak mudah itu. Kali ini baru akan terbahas sediikiiit sekali, sekedar jadi gambaran, supaya kita waspada. Karena di jalan ini, akan banyak yang kita temui. Manis pahitnya, semua ada. Dan inilah, hal-hal yang niscaya akan dihadapi oleh para JUNDULLAH :

1. Al-Isa'ah --> isu
2. At-Tahdid --> tekanan
3. At-Takdim --> siksaan
4. Al-Inkithob --> pemboikotan
5. *********  --> pembunuhan. Jelas dalam rangka melemahkan dakwah kita.
6. ********* --> pelemahan
7. ********* --> rayuan. Seperti apa yang pernah sampai ke hadapan seorang jundullah, Ka'ab bin Malik.


*mohon maaf memang beginilah adanya isi catetan saia. ada nyang rumpang! khekekeke


Ka'ab, sang prajurit yang pernah khilaf. Ka'ab pernah tidak berangkat perang karena terlena dalam kesibukan ngurusi kebun sumber penghidupannya. Namun, dengan jiwa besar seorang prajurit sejati, dia menghadap sang pemimpin, dia jujur mengakui kekhilafannya dan tulus menerima apa konsekuensi dari kejujurannya itu. Hebat. Dan.. pahit. Sebab karena pengakuan penuh imannya itu, dia dihukum berat. Diasingkan tanpa ada yang tahu batas waktunya. Baru pada akhirnya semua orang tahu, bahwa pengasingan itu berjangka 40 hari. Tidak tanggung-tanggung, dengan kabar gembira dari langit, pencabutan hukuman langsung dari Allah, berikut rehabilitasi yang sangat santun; nama baiknya tidak sekedar pulih tapi bahkan menjadi lebih baik, lebih terkenal, dan tetap terkenang hingga seluruh generasi sampai akhir zaman. Terbayar lunas lah semua kepahitan.

Tapi.. ketika dalam pengasingan, saat tidak ada yang diperbolehkan sekedar menyapa apalagi berbincang dengannya, Rasulullah saja berpaling ketika dia mencoba bertegur sapa, sampai-sampai istrinya tercinta harus jauh-jauh juga darinya.. Saat dia benar-benar sendiri di gurun pasir itu.. sempat datang surat rayuan.. dari yang saat itu adalah musuh islam.. agar Ka'ab menyeberang. Beralih jadi kaki tangannya pihak musuh. tentu saja dengan iming-iming yang untuk orang normal jelas menggiurkan.

Ka'ab sang prajurit sejati, tahu persis bagaimana harus menyikapi. Maka sungguh dia berhak atas turunnya ayat ***** itu.

Jadi ceritanya, ceritanya si Ka'ab ini cuman a little bit brainstorming wekekekek untuk poin yang ketujuh, yaitu RAYUAN. Cukup yah?

Nah, yang selanjutnya adalah hikmah dari pesan tentang apa-apa yang akan dihadapi jundullah itu. Berikut ini beberapa pelajaran yang bisa kita petik:
1. Inilah bukti kebenaran Rosul. Sejarah itu berulang, betul? QS. 29 : 1-2
2. Seleksi terhadap keimanan dan kebenaran dalam diri para da'i.
   (Ibarat kita ini daun, maka Tetaplah menempel di pohon, karena akan memberi kemanfaatan yang besar. Jika gugur, kita hanya akan menjadi humus. Bukannya tidak berguna. Humus tetap akan diserap manfaatnya oleh pohon dakwah. Tapi ya sebatas itu. Menghijaukan tapi tidak ikut hijau. Menyuburkan tapi tidak ikut subur. Terteduhi saja di bawah, tapi tak lagi mampu ikut meneduhkan. Begitulah).
3. Islam ini agama yang tak ternilai harganya. Tak mungkin bisa dibeli dengan rayuan sebombastis apapun.
4. Pentingnya ilmu pengetahuan bagi para da'i.
5. Lahirnya ikatan batin sesama da'i.
6. Daya tarik bagi dakwah itu sendiri.
7. mengokohkan bangunan dakwah yang dibentuk oleh Rasulullah.

Here you are.
minta gambar dari brohamzah.blogspot.com

Selasa, 10 Juni 2014

Tentang "Bimbingan Konseling"

BK. Kenapa ya, ? Kenapaa??



Disadari atau tidak, anak sekolah itu pada umumnya menilai BK sebagai  sejenis'ruang pesakitan'. Pasti bisa ditangkap kan, anak sekolah yang dimaksud di sini. Blak-blakan ajah gapapa lah.
Dalam hal ini, saya nekat menggolongkan anak sekolah kedalam 3 kelompok yang mudah dikenali:
a. Kelompok ndugal, alias punya kecenderungan buruk yang cukup besar, atau bisa juga yang dianggap orang lain sebagai anak bermasalah, or singkat kata, anak-anak yang terlanjur dicap negatif oleh lingkungannya.
b. Kelompok siswa berprestasi. Anak-anak tipe ini punya kecenderungan untuk menjadi yang diatas rata2. Berani berbeda demi meraih sesuatu yang diyakini positif oleh dirinya dan manusia pada umumnya.
c. Kelompok yang "biasa-biasa saja". Kelompok ini cenderung ingin tidak terlihat menonjol, bahkan ada yang sampai taraf fobia terhadap popularitas. Kayaknya menakutkan sekali gituh kalo sampai mendadak terkenal, atau terpaksa jadi pusat perhatian. Kelompok ini adalah kelompok yang biasanya paling banyak anggotanya dan paling mudah ditemukan. Yang jadi masalah adalah ketika kita ingin menemukan mereka. Kita butuh kejelian yang sedikit 'out of the box' berhubung karakter mereka yang melebur dan invisible dalam keramaian. Mereka banyak, tapi karena itulah justru kadang jadi yang seringkali dilupakan. Trus kalo abis itu mau wawancara, beuh, selamat berjuang.. Muga2 tidak keburu pingsan duluan atau buru2 ambil langkah seribu.
d. Sebenarnya menurut saya sendiri sih ada lagi kelompok anak ke4, yaitu tipe antik. Pribadi anak yang seperti ini unik. Anti mainstream, sama sekali tidak takut berbeda. Tetapi cenderung menjadi sosok yang relatif sulit dimengerti. Nah, selain karena keunikan ini tidak banyak keberadaannya di muka bumi, saya juga jujur saja kesulitan untuk mengira-ira apa mau mereka.. Apa penilaian dan kemudian sikap mereka terhadap BK. Maka dengan berat hati kelompok antik ini tidak saya ganggu dalam pembahasan gakpentingbingit ini.
Sudah prolognya, sekarang back to the topic.
(ini nih salah satu tips kalo lagi dalam kondisi terpaksa dan mendadak kudu pidato/kultum/ceramah/kitobah/apapun itu namanya.. tanpa persiapan.. padahal bertepatan pada saat itu arus idemu sedang cenderung meledak2. Nah, biar kaga kebangetan out of topicnya, bawalah secarik (halah secarik, jujur aja bilang secuil nape?) kertas bertuliskan minimal judul/ide pokok yang kepengen kamu lontarkan. Atau kalo ga ada alat tulis, cari pinjem aja alat tulis apapun yang bisa digunakan dari orang terdekat, trus coret2 aja di tangan, ato dimanapun terserah asal bisa kamu intip sepanjang kamu ada di depan umum.
Nah, kalo udah gitu, tiap akhir kalimatmu, rajin2 aja ngelirik coretan itu. Balikin segera topikmu. Kalo ada fasilitas multimedia, manfaatkan ajah. Kalopun kamunya yang gagal fokus, audien masih punya ruang untuk merangkai imajinasi atau pemikiran mereka sendiri tentang judul besar yang kamu pasang di papan presentasi. Hehe))

stop stop stop. fokus.

Nah, disadari atau tidak, kelompok C yang merupakan kelompok mayoritas yang ada di lingkungan sekolah, yaitu orang-orang yang hidupnya relatif lurus-lurus aja itu, akan dengan sadis menilai bahwa BK itu ruang pesakitan. 

Tidak perlu heran kalau mereka dengan sadis memutuskan untuk bertekad.. "seumur umur jangan sampe masuk BK. Soalnya yang masuk kesana biasanya anak-anak bermasalah, atau kalo enggak, ya yang hobinya menangin lomba itu tuh. Aku kan engga ndugal!  Lagian juga ogah banget kalo musti jadi siswa berprestasi, diomongin sana sini entar. Wwahh, bisa gawat!"

Gak salah kan? Yang dipancing untuk konseling biasanya kan ya gitu. bermasalah. Walopun sebenernya semua manusia waras pasti punya masalah, cuma orang gila yang idupnya tanpa beban sama sekali. Tapi..ya itu tadi.. yang terprioritaskan menikmati fasilitas konseling di sekolah toh biasanya anak2 yg suka coba2 resiko, gak nyadar kalo ceroboh itu tidak baik, tidak suka dikekang peraturan.. Tapi yang masih bisa diselamatkan.. dalam artian masalah hidupnya itu masih 'ruwet' belum sampai tahap masalah yang lurus kaya direbonding alias hang alias yah.. ehem.. tidak waras.

Trus ada lagi 1 golongan yang dengan senang hati akan mencari guru BKnya, berinisiatif untuk konseling tanpa ada panggilan, peringatan atau catatan di berkas pelanggaran. Yea, para pelahap informasi, sekaligus pemburu prestasi. Tidak heran mereka sadar diri untuk datang ke ruang BK. Mereka merasa butuh, dan wajar bila mereka tahu fasilitas itu, lhawong akses informasi bak drojogan talang pas hujan lebat mengguyur bumi. Parah aja kalo sang juara ABCD kaga tau fungsinya ada BK di sekolah.

Sedangkan,,, bagaimana dengan nasib mayoritas siswa yang bayar sekolahnya sama, pake seragamnya sama, duduk di kelas yang sama, belajar subyek2 yang tak jauh beda.. kelompok si "bukan siapa-siapa" kita yang tersebar di seantero sudut sekolah?
ow ow

Nah lagi.
Kalo udah gitu, gimana coba??

Bisa jadi inilah problem orang PR. Masalahnya memang pada branding. Tantangannya adalah bagaimana mengubah persepsi negatif tentang BK, menjadi 'sesuatu yang lebih bisa diterima'. Apalah itu, yang bikin anak tak segan untuk konseling.

Perlu ada sedikit penegasan nich, konseling bukan hanya untuk orang yang bermasalah. Konseling ada, diperuntukkan bagi mereka yang mau belajar mengatasi masalah2nya secara lebih baik.
Ini menurutku sih. 

Dan sebagai catatan, AKU ORANG LUAR. Just thinking about BK... yang tiba2 nyambung aja gituw sama bidangku. komunikasi.
Yeah, bumi ini bulat.
Mau kemana juga, ujung2nya.... kembali pada diri sendiri.
Hhhhmmmmmmmmmmm... Kenapa yaa, apa-apa kok ujungnya mesti kembali pada diri sendiri??
Retoris. Tapi kadang emang bikin meringis.


26 April 2014, belajar mengikat kelebatan pemikiran.. mulai memetakan kembali masa depan

Senin, 02 Juni 2014

Bagaimanapun, Kutahu Jalan Masih Panjang

Pendakian puncak pertama sudah dimulai sejak awal tahun ini. Banyak sudah tanjakan, tikungan, dan percabangan yang tertempuh, menjadi gurat-gurat sejarah. Tidak terasa 2014 sudah mendekati titik tengah perjalanannya, menuju satu tikungan besar yang akan jadi jalur tunggal ke puncak itu.

Dan di sinilah aku kini. Di satu bukit indah yang tidak landai. Namun yang indah tetaplah indah. Aku benar-benar belajar untuk mampu menikmati pendakian ini. Tidak benar kalau dibilang mudah. Namun sebuah pendakian tetaplah pendakian. Ia tercipta untuk kunikmati. Selamanya.

Cartenz Pyramid bolehlah terpetikan. Tapi si kaki kecil bertangan kecil berwajah menengadah, akan terus menengadah. Sampai Tuhan yang menghentikan waktu untuknya. Sampai tidak diperkenankan lagi ada bentuk pendakian apapun untuknya. 

Puncakku sudah kupilih.
Boleh pelan, tapi pasti, aku akan sampai di puncak itu. Untuk kemudian melanjutkan maraton petualangan ke puncak-puncak lainnya. Itu pasti.
diambil dari http://www.kidnesia.com/var/gramedia/storage/images/kidnesia/indonesiaku/propinsi/papua/tempat-menarik/pegunungan-jayawijaya/658888-1-ind-ID/Pegunungan-Jayawijaya.jpg


- Hangatnya Dhuha, Jalan Slamet Riyadi Solo, 2 Juni 2014 -