Posting kali ini mencoba memulai sesuatu yang baru. Mengikat ilmu.
Saya baru sadar, jurnal-jurnal hidup saya yang terbagi jadi beberapa (dan insyaallah akan jadi makin banyak dan makin banyak lagi) episode, dan kemudian terpencar sesuai kondisi kehidupan yang selalu berubah.. yeah, ternyata.. mengkhawatirkan.
Setiap kali menemukan jurnal hidup lawas dari jaman dulu kala, lalu menapaktilasinya, selalu saja saya tercenung. Seperti menemukan sesuatu yang baru, yang tidak pernah saya tahu, apalagi saya tulis dengan tangan saya sendiri di situ. Naas.
Saya pun semakin menginsyafi bahwa kemampuan otak ini terbatas.. sedangkan daya tahan buku-buku itu juga tak seberapalah adanya. Rapuh semua. Maka dari itu, kiranya perlulah saya ikat ilmu-ilmu itu di sini. Supaya serakan-serakan itu memuara. Dan agar tidak hanya saya seorang yang berkemungkinan menjadi konsumennya. Hikmah adalah milik setiap muslim yang hilang. Siapapun yang menemukannya, dia yang paling berhak atasnya. Siapalah saya, kok sok-sok-an nggudangin ilmu. (di gudang beneran! kadang2 kan jurnal lama juga sempet lah pasti ndlesep di gudang..)
:p
Tret teroree roreett, Inilah dia.. Edisi perdana di label ini, dapet dari majelis rumpi bunder bahagia tralala lala lala bd*ic :
Hal-hal yang akan dihadapi oleh jundullah, yaitu ya kita ini.. bukankah setiap kita adalah tentara Allah?
:)
Jadi begini. Setiap pribadi manusia memegang peran sebagai jundi, alias prajurit, entah itu levelnya di prajurit bawahan atau prajurit atasan. Orang yang paling atas sekalipun adalah jundi.. bukankah hanya Allah saja yang Maha Tinggi?
Setiap prajurit, punya pemimpin, kan. Nah, setiap kita harus tuh punya sikap selayaknya seorang prajurit sejati. (Tapi inget jugak, ati-ati, perhatikan kepada siapa kau letakkan kesetiaanmu. Jangan asal bin sembarangan. Pastikan kau tidak menghamba pada sesuatu yang tidak benar. Camkan itu!)
Dan seperti apakah gerangan sikap seorang prajurit?!
Kemanapun pemimpin mengarahkan, prajurit harus siap bergerak. Kemanapun pemimpin kita mengarahkan, kita harus siap bergerak. Itulah kita. Karena setiap kita, adalah seorang prajurit.
Lalu ini dia secuplik bekal untuk sang Jundullah. Sudah lekat di benak kita bahwa tabiat jalan dakwah itu terjal, panjang, dan sepi. Maka kita perlu bersiap menghadapi yang tidak mudah itu. Kali ini baru akan terbahas sediikiiit sekali, sekedar jadi gambaran, supaya kita waspada. Karena di jalan ini, akan banyak yang kita temui. Manis pahitnya, semua ada. Dan inilah, hal-hal yang niscaya akan dihadapi oleh para JUNDULLAH :
1. Al-Isa'ah --> isu
2. At-Tahdid --> tekanan
3. At-Takdim --> siksaan
4. Al-Inkithob --> pemboikotan
5. ********* --> pembunuhan. Jelas dalam rangka melemahkan dakwah kita.
6. ********* --> pelemahan
7. ********* --> rayuan. Seperti apa yang pernah sampai ke hadapan seorang jundullah, Ka'ab bin Malik.
*mohon maaf memang beginilah adanya isi catetan saia. ada nyang rumpang! khekekeke
Ka'ab, sang prajurit yang pernah khilaf. Ka'ab pernah tidak berangkat perang karena terlena dalam kesibukan ngurusi kebun sumber penghidupannya. Namun, dengan jiwa besar seorang prajurit sejati, dia menghadap sang pemimpin, dia jujur mengakui kekhilafannya dan tulus menerima apa konsekuensi dari kejujurannya itu. Hebat. Dan.. pahit. Sebab karena pengakuan penuh imannya itu, dia dihukum berat. Diasingkan tanpa ada yang tahu batas waktunya. Baru pada akhirnya semua orang tahu, bahwa pengasingan itu berjangka 40 hari. Tidak tanggung-tanggung, dengan kabar gembira dari langit, pencabutan hukuman langsung dari Allah, berikut rehabilitasi yang sangat santun; nama baiknya tidak sekedar pulih tapi bahkan menjadi lebih baik, lebih terkenal, dan tetap terkenang hingga seluruh generasi sampai akhir zaman. Terbayar lunas lah semua kepahitan.
Tapi.. ketika dalam pengasingan, saat tidak ada yang diperbolehkan sekedar menyapa apalagi berbincang dengannya, Rasulullah saja berpaling ketika dia mencoba bertegur sapa, sampai-sampai istrinya tercinta harus jauh-jauh juga darinya.. Saat dia benar-benar sendiri di gurun pasir itu.. sempat datang surat rayuan.. dari yang saat itu adalah musuh islam.. agar Ka'ab menyeberang. Beralih jadi kaki tangannya pihak musuh. tentu saja dengan iming-iming yang untuk orang normal jelas menggiurkan.
Ka'ab sang prajurit sejati, tahu persis bagaimana harus menyikapi. Maka sungguh dia berhak atas turunnya ayat ***** itu.
Jadi ceritanya, ceritanya si Ka'ab ini cuman a little bit brainstorming wekekekek untuk poin yang ketujuh, yaitu RAYUAN. Cukup yah?
Nah, yang selanjutnya adalah hikmah dari pesan tentang apa-apa yang akan dihadapi jundullah itu. Berikut ini beberapa pelajaran yang bisa kita petik:
1. Inilah bukti kebenaran Rosul. Sejarah itu berulang, betul? QS. 29 : 1-2
2. Seleksi terhadap keimanan dan kebenaran dalam diri para da'i.
(Ibarat kita ini daun, maka Tetaplah menempel di pohon, karena akan memberi kemanfaatan yang besar. Jika gugur, kita hanya akan menjadi humus. Bukannya tidak berguna. Humus tetap akan diserap manfaatnya oleh pohon dakwah. Tapi ya sebatas itu. Menghijaukan tapi tidak ikut hijau. Menyuburkan tapi tidak ikut subur. Terteduhi saja di bawah, tapi tak lagi mampu ikut meneduhkan. Begitulah).
3. Islam ini agama yang tak ternilai harganya. Tak mungkin bisa dibeli dengan rayuan sebombastis apapun.
4. Pentingnya ilmu pengetahuan bagi para da'i.
5. Lahirnya ikatan batin sesama da'i.
6. Daya tarik bagi dakwah itu sendiri.
7. mengokohkan bangunan dakwah yang dibentuk oleh Rasulullah.
Here you are.
![]() |
minta gambar dari brohamzah.blogspot.com |