Who Amung Us

Senin, 24 April 2017

Hadiah Terbaik: Penerimaan

http://jasaku.co.id/

Hal terbaik yang bisa dihadiahkan seseorang untuk pasangannya adalah menerima pasangannya apa adanya.


Hal terbaik yang bisa dihadiahkan orang tua untuk anaknya adalah menerima mereka apa adanya.


Hal terbaik yang bisa dihadiahkan seorang anak untuk orangtuanya adalah menerima keduanya apa adanya.


Hal terbaik yang bisa kau hadiahkan untuk dirimu sendiri adalah menerima dirimu sendiri apa adanya.

Sabtu, 22 April 2017

Pelarianku

Langit,awan, dan pepohonan adalah pelarian termudah dari segala gundah. Pelarian yang menjadi istirah indah, sebab menerbitkan hati yang lebih lapang, fikir yang lebih jernih, lelah raga mereda, dan jiwa yang kembali teguh, tidak keruh, guna merumuskan asa baru.

Makanya aku ndak jadi astronot. ☺

Teriring doa untuk salah satu murid yang paling sayang aku, Mandala Surya Saputra: semoga kelak kau jadi astronot, Nak. Temukan jalan menuju roketmu.

Kamis, 20 April 2017

Parenting #1

Nak Aku mencintaimu Karena Allah 
(bagian 1)

Kebahagiaan, cinta, haru, kepayahan, rasa sakit, lelah yang dirasakan seorang perempuan dan lelaki yang sudah menikah dalam mengandung, melahirkan dan membesarkan anak adalah sebuah kompilasi rasa yang membuat hubungan anak dan orang tua menjadi unik. “i need you and you need me” orang tua dan anak memiliki hubungan saling membutuhkan yang unik. Bagi penganut materialisme, hubungan orang tua dan anak bisa dipandang dalam asas manfaat dan hubungan mutualisme. Ada tanggungjawab, asas balas budi, balas jasa dan kepatutan. Karena itu dibeberapa belahan dunia, sebagian anak akan mengungsikan orang tuanya yang renta dan tak lagi bisa berbuat apa apa ke pedalaman hutan atau ke panti-panti jompo. Namun islam meletakkan hubungan anak-orang tua lebih tinggi dan mulia daripada hubungan kemanusiaan semata. Islam meletakkan adanya aspek ‘perintah Allah”/salah satu kewajiban yang utama bagi pemeluknya untuk bertanggungjawab pada anak sekaligus memuliakan orang tua. Jadi hubungan anak dan orang tua bukan sekedar masalah suka-tidak suka atau pilihan mau tidak mau. Di sisi lain, islam juga mengatur hak orang tua dan anak secara adil.

kesadaran akan adanya ‘kehadiran, campur tangan dan keterlibatan ALLAH” dalam hubungan orang tua – anak harus menjadi sebuah kepahaman penting bagi orang tua. Kesadaran bahwa Allah adalah sebaik-baik pemberi ketetapan akan membuat Orang tua menjadi ridho akan kehadiran anak. 

Tidak peduli apakah Allah akan memberikan belasan anak pada dirinya, sundulan dalam jarak yang dekat, memiliki anak kembar, atau bergender sama semua. Ridha hadir karena sadar benar bahwa Allah yang Maha Menciptakan dan memberikan karunia. Manusia bisa berencana tapi Allah Maha Berkehendak. Saya pun teringat kisah Bu Tukirah, seorang ibu yang 33 tahun lebih merawat ketiga anaknya yang lumpuh dan cacat mental. Anda bisa melihat videonya di youtube. Ibu dengan rambut putih yang banyak tersenyum. “Alhamdulillah kulo tasih kiat”. Ikhlas saja menjalani peran sebagai orang tua, Merawat sebaik-baik pemberian Allah swt. Tak berharap apapun kecuali keridhaan dan surganya Allah. 

Orang tua harus berdamai dengan ambisi pribadinya tentang anak anak. Tidak tekanan apapun atau dari siapapun bagi orang tua menjadikan anak anaknya rupawan, hebat, kaya, terkenal, berkuasa, mulia ataupun frase superlatif lain yang menjadi standar ukuran manusia. tidak ada perlombaan, kontestasi, kompetisi atau persaingan dalam mendidik anak. Karena orang tua terbaik bukan yang berhasil menjadikan anaknya lebih cepat atau lebih hebat dari anak orang lain.

Berhentilah mengukur ukur dan membandingkan anak dengan orang lain, bahkan dengan saudara kandungnya sendiri. orang tua harus berdamai dengan ambisinya sendiri : menjadi orang tua bukanlah untuk mendapatkan pujian, tepuk tangan dan keridhaan manusia. Ayat ayat yang membahas tentang hubungan orang tua anak biasanya didahului dengan i’tibar tentang muasal penciptaan manusia. Bahwa kita dan anak anak kita sama sama bermula dari nuftah. kadang ALlah bertanya retoris "kamukah yang menciptakannya, atau KAMI kah yang menciptakannya?". manusia tidak punya kuasa memberikan rezeki pada anak, apalagi menentukan takdirnya. Lalu mengapakah lagi orang tua memaksakan ambisi pribadinya pada anak ? 

Menjadi orang tua adalah jalan sunyi antara kita dengan Allah swt. Karena itu langkah pertama dan selalu harus dilakukan para orang tua adalah Tadzkiyatun nafs, mengoreksi niat dan selalu memperbaiki sillah billah dengan Allah swt. 

Tak perlu sempurna menjadi orang tua, hanya perlu ridha. Juga tak perlu menunggu pintar untuk menjadi orang tua dan mulai mendidik anak anak. Orang tua yang sadar bahwa dirinya bodoh, akan datang pada Allah yang Maha Berilmu agar diberikan kepahaman dan dibukakan jalan jalan pertolongan. Percalah, memiliki orang tua yang mengakui kebodohannya, tawaduk, mengakui kesalahannya dan menjadi pribadi yang terus belajar lebih membahagiakan anak daripada memiliki orang tua pintar yang sombong, bersikukuh dengan kesalahannya dan tak mau menerima nasihat orang lain. orang tua pun harus sadar bahwa sebanyak apapun ilmu parenting yang ia miliki, betapa banyak majelis ilmu yang ia datangi tetap tak akan pernah cukup untuk mendatangkan hidayah pada Anak. Karena itu orang tua tak boleh hanya bersandar pada ilmunya yang sedikit, teruslah meminta pertolongan dan hidayah ALlah dalam mendidik anak. 

Orang tua yang sadar bahwa dirinya punya kekurangan akan makin mendekat pada Yang memberi Kekuatan. “nak orang tuamu ini miskin, tapi kau harus tahu bahwa kita memiliki Allah yang Maha Kaya”. orang tua yang ridha dengan kemiskinannya saat ini, tetap bisa berbahagia dalam mendidik anak anaknya. Karena ia tahu syarat bahagia dan masuk surga bukanlah menjadi kaya, tapi taqwa. Karena itu ia akan tetap menjaga izzah dan kemuliaan diri dan keluarganya. Betapa banyak orang bersahaja yang bisa mendidik anak anaknya menjadi taqwa. 

Cinta anak orang tua harus dibangun dengan pondasi LILLAAH. Anak mencintai orang tua bukan karena mereka memiliki dunia yang mempesona, yang bisa memanjakan mereka dengan harta dan kekuasaan. Anak pun mencintai orang tua bukan karena mereka hebat, kaya dan berkuasa. Alasan cinta yang fana akan membuat ikatan cinta itu memudar saat sumbernya berkurang atau tiada. Maka tanyakanlah sumber energi cinta kita pada anak dan orang tua sehingga dengan yakin kita bisa berkata “ nak aku mencintaimu karena Allah”. 

Orangtua tak harus menjadi sempurna untuk mulai menjadi amanah. Ia hanya harus bersungguh-sungguh dan tawakkal pada ALlah. Orang tua yang sadar bahwa ia tak sempurna, akan mendekat terus pada pemilik Kesempurnaan. Anak pun memandang orang tua bukan sebagai superhero yang tanpa cela juga bukan makhluk yang selalu salah serta buruk rupa. Anak mencintai orang tua sebagai seorang manusia biasa, Karena Allah. orang tua mencintai anak sebagai manusia biasa, Karena Allah. 

“Nak kita punya Allah” kesadaran inilah yang harus ditanamkan pada anak anak. Orang tua berkewajiban mendidik anak anak lebih mencintai Allah dan Rasulnya daripada dirinya sendiri. “Orang tuamu ini suatu saat akan tiada, Tapi Allah yang Maha kekal akan selalu menjaga dan melindungimu Nak”. Nak kita semua butuh ALlah, Orang tua memang walimu di dunia, orang yang kelak kakinya tak bergeser di Yaumil Hisab sebelum ditanya dan mempertanggungjawabkan amanah ini oleh Allah. “ tapi Kau harus ingat nak, Bahwa Allah swt adalah sebaik baik walimu: mintalah rezeki padanya, kecukupan, pertolongan , perlindungan dan cinta kepadaNYa” 

“nak orang tuamu ini mungkin seorang pendosa, tapi percayalah bahwa orang tuamu ini beriman pada Allah yang Maha Penerima Taubat, Yang melembutkan hati yang keras, Yang Maha memberikan petunjuk dan Hidayah” kesadaran inilah yang akhirnya membuat anak orang tua bergandengtangan dalam taubat, dakwah dan kesabaran meraih taqwa. 

Tak ada paksaan dari siapapun atau apapun pada orang tua untuk menjadikan anak anaknya hebat. Orang tua hanya mendapatkan perintah menjaga anak anaknya tetap berada dalam fitrah yang lurus. Ketegasan misi orang tua dengan gamblang juga disebutkan dalam frasa “ jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. Kalau pun orang tua membutuhkan definisi sukses maka lihatlah definisi Allah tentang siapa manusia terbaik di muka bumi ini. “yang terbaik diantara kamu adalah yang paling bertaqwa”. 

“At taqwa hu hahuna “ karena tersembunyi dalam dada, taqwa bukanlah ukuran ukuran materi yang kasat mata. Miskin kaya, bodoh pintar, rakyat jelata atau raja semua bisa jadi taqwa. Dan orang tua harus berdamai dengan ukuran ukuran dunia, mengembalikan standar sukses itu dalam pandangan dan penilaian Allah : Taqwa. Fokus pada itu saja. Bismillah. 

NInin Kholida (23/2/2017)
Member HEbAT Community

_Dapat dari WA Grup Mujahidah 2008, kiriman dari Dy

Parenting #2

⁠⁠⁠MENGIKAT HATI ANAK (TIPS BAGI ORANGTUA)

by : bendri jaisyurrahman (twitter :@ajobendri)

1| Salah satu tugas pengasuhan adalah membuat ikatan emosi yg kuat antara ortu dengan anak yg dikenal dgn istilah emotional bonding

2| Ikatan emosi atau batin ini berpengaruh bagi anak dalam menjalani masa2 sulit semasa hidup sekalipun tak ada ortu di sisi

3| Tak selamanya ortu mendampingi hidup anak. Sebab ortu bukan rexona yg setia berada setiap saat :D. Anak harus tumbuh mandiri dgn potensinya. Emotional bonding menjadi pengingat

4| Setidaknya ada beberapa masa kehidupan dalam diri anak dimana ia alami krisis : pra sekolah, pra puber, pubertas, pra nikah dan nikah 

5| Di masa-masa tersebutlah ia butuh bimbingan dan arahan. Maka meski tak ada ortu di sisi, nasehat2 dan teladan ortu tetap dijaga selama ada bonding

6| Hal ini lah yg dialami oleh Nabi Yusuf muda saat terpesona dgn kecantikan zulaikha dan diajak berbuat mesum. Ia punya hasrat

7| Hasratnya hampir saja menjerumuskannya seandainya Allah tak berikan 'pertanda'. Seperti yg terdapat dalam surat Yusuf:24. Sila dibaca

8| 'Pertanda' yg dimaksud adalah nasehat ayahnya yg tiba2 muncul saat ia hampir saja terpedaya oleh nafsunya. Ini kata ibnu katsir

9| Bayangkan! Nabi yusuf yg terpisah jauh oleh ayahnya, terjaga diri dari bujukan setan. Tak jadi berbuat zina. Tersebab bonding

10| Itu pula yg dharapkan dari anak kita. Jauh terpisah namun menjaga kehormatan keluarga karena nasehat indah ortu yg tertanam dalam jiwa

11| Saat krisis jiwa melanda, tak kemana-mana cari solusi. Yakin ada ortu yang siap membantu cari jalan keluar. Percaya sepenuhnya

12| Seorang wanita yg sedang konflik dgn suaminya, akan curhat ke ayahnya. Bukan ke lelaki lain. Rumah tangga terselamatkan. Sebab ada father bonding

13| Anak yg tak punya father and mother bonding maka tak percaya dgn ortunya. Lebih dengar kata temannya sekalipun buruk. Ini disebut parent distrust

14| Bagaimana menciptakan emotional bonding dgn anak? Usia dini jangan diabaikan. Bermula dari bayi dalam kandungan. Ayah-bunda terlibat bersama dalam pengasuhan

15| Saat bayi dalam kandungan, jadikan suara ayah-bunda nya yg lebih banyak didengar. Ajak ia bicara sambil mengusap perut bunda

16| Saat anak lahir, sambutlah anak dalam pelukan yg hangat. Hadapkan wajah kita ke hadapannya. agar perlahan di scan dalam memorinya

17| Usia 0-2 tahun adalah fase pengikatan. Disinilah fase dimana ayah-bunda harus jadi aktor utama dalam pengasuhan. Bukan yg lain

18| Di fase inilah Allah perintahkan ibu untuk memberinya ASI. Yg bukan sekedar susunya, namun juga belaian dan sentuhan yg dibutuhkan anak

19| Betapa banyak ibu yg menitipkan ASI nya pada botol. Tak memberinya langsung dari putingnya. Sehingga anak badannya sehat namun jiwanya kosong

20| Fase ini juga seorang ayah harus banyak terlibat mengasuh. Luangkan waktu tuk ganti pampers, gendong anak sambil cerita

21| Dalam usia 0-2 tahun jangan terburu-buru kenalkan anak pada media meskipun isinya bagus. Sebab, bonding belum terikat sepenuhnya

22| Jika ingin ajarkan anak tentang quran, jangan dari CD atau kaset. Akan lebih elok jika ortunya yg menyuarakannya sekalipun belum fasih. Agar tercipta bonding

23| Sekalipun ada pengasuh lain, peran mereka hanya membantu. Bukan tokoh sentral. Agar bonding yg terjalin bukan kepada mereka namun kepada ortunya

24| Keluarkan segala energi: suara, bahasa tubuh, dan ekspresi muka agar terekam kuat dalam memori anak. Inilah yg menjadi dasar munculnya bonding 

25| Bagaimana jika anak sudah melewati usia 2 th sementara kita terlambat melakukan upaya bonding ? Simak terus ya.

26| Jika anak sudah melewati usia 2 th, bisakah kita ciptakan bonding dengannya? Masih sangat bisa. Asal kita bisa membaca golden moment

27| Golden moment ini adalah situasi dimana anak benar2 butuh hadirnya kita. Bisa tanpa sengaja atau juga kita rekayasa

28| Golden moment yg dmaksud ada dua : yakni saat anak sedih dan saat anak unjuk prestasi. Hadirlah dengan sungguh-sungguh di dua waktu ini

29| Saat anak sedih, ia butuh sandaran jiwa. Butuh ada yg memeluk dan dengarkan curhatnya. Hadirlah segera. Jangan sampai orang lain yg ambil

30| Tak pekanya ortu saat anak sedih malah buat bonding yg dibuat makin rapuh. Kepercayaan menurun. Anak lari kepada sosok lain

31| Dan hadirlah saat anak unjuk prestasi : baca puisi di sekolah, ambil raport, menari, dan sejenisnya. Ini adalah persembahan untuk ortu dari mereka

32| Saat unjuk prestasi, yg anak butuhkan adalah tepuk tangan dan apresiasi ortunya. Jika ortu tak hadir, rusaklah kepercayaan anak

33| Kehadiran ortu dalam kegiatan mereka adalah pengakuan eksistensi anak. Ortu yg cerdas, akan paksakan diri tuk hadir. Agar tercipta emotional bonding

34| Semoga kita bisa menjadi ortu yg mampu jalin emotional bonding dangan anak kita. Agar anak terdampingi selamanya meski kita tiada.

35| Silahkan share jika ada guna. Salam bahagia (bendri jaisyurrahman)

Kamis, 13 April 2017

Judulin Apa, Ya?

Orang yang mau disuruh apa saja itu bisa berarti dia tulus, polos, atau tendensius.
Kalo orang yang tadinya seperti itu lantas mulai pilih-pilih, bisa jadi ada sesuatu sedang terjadi.
Kalo orang sejak awal sukanya emang pilih-pilih, hati-hati. Perhatikan baik-baik, ada apanya.

Belajarlah cerdas dari pengalaman. Agar tidak jatuh di lubang yang sama lagi.

"Tangan yang bersedia kehitam-hitaman demi tanaman yang menghijau."
Am I?

Selasa, 11 April 2017

Bukan Cinta Biasa

Begitu banyak cerita
Ada suka ada duka
Cinta yang ingin ku tulis
Bukanlah cinta biasa
Dua keyakinan beda
Masalah pun tak sama
Ku tak ingin dia ragu
Mengapa mereka selalu bertanya

Cintaku bukan diatas kertas
Cintaku getaran yang sama
Tak perlu dipaksa
Tak perlu dicari
Karena ku yakin ada jawabnya
Andai ku bisa merubah semua
Hingga tiada orang terluka
Tapi tak mungkin
Ku tak berdaya
Hanya yakin menunggu jawab-Nya

Janji terikat setia
Masa merubah segala
Mungkin dia kan berlalu
Ku tak mau mereka tertawa

Diriku hanya insan biasa
Miliki naluri yang sama
Tak ingin berpaling
Tak ingin berganti
Jiwa ku sering saja berkata
Andai ku mampu ulang semula
Ku pasti tiada yang curiga
Kasih kan hadir tiada terduga
Hanya yakin menunggu jawab-Nya

Cintaku bukan diatas kertas
Cintaku getaran yang sama
Tak perlu dipaksa
Tak perlu dicari
Karena kuyakin ada jawabnya oh…
Andai ku bisa merubah semua
Hingga tiada orang terluka
Tapi tak mungkin
Ku tak berdaya
Hanya yakin menunggu jawab-Nya

Diriku hanya insan biasa
Miliki naluri yang sama
Tak ingin berpaling
Tak ingin berganti
Jiwa ku sering saja berkata
Andai ku mampu ulang semula
Ku pasti tiada yang curiga
Kasih kan hadir tiada terduga
Hanya yakin menunggu jawab-Nya


(Siti Nurhaliza)

Sabtu, 08 April 2017

Menahan vs Menyampaikan

Tuhanku, ampuni buruknya akhlakku siang tadi. Aku belum berhasil menahan diri,

Tadi kesempatan pertama ketika aku seharusnya bisa menerapkan apa yang dulu pernah dipesankan Suster Berlian di Duren Sawit: setinggi apapun ilmu, aku harus belajar menahan diri ketika menyampaikannya di forum.. Kalau aku mau menyehatkan pergaulanku.

Terimakasih atas banyak pemahaman baru yang Kau tambahkan untukku hari ini. Aku sudah melukai banyak hati di Hawariy, melukai bu umi, juga mencengangkan serta (mungkin) menciptakan jarak dengan teman-teman baru.

Setia pada prinsip, kini belajar tentang itu. Buat apa punya teman banyak kalau hanya soal ikatan rasa, tanpa ada upaya mengajak pada kebaikan dan kebenaran?
Sampaikan kebenaran walau satu ayat, kan?

Orang-orang besar, bukankah banyak yang sendirian juga? Kesepian? Terasing... Tapi tetap teguh pada kebenaran. Tidak membiarkan..


"Kalau aku diam dan engkau juga diam, lalu kapan mereka yang tidak tahu, mengetahui kebenaran?"


Namun sebuah kebenaran pun harus disampaikan dengan cara yang benar, bukan dengan cara yang menyakitkan. Setidaknya aku harus lebih banyak belajar cara menyampaikan. Wong selembut apapun kebenaran itu disampaikan, tetap membuka kemungkinan munculnya luka..


030916, sepulang dari Karangwuni