Ada sebuah mimpi yang bunyinya "negeri empat musim, suatu hari nanti." Kalau tidak sekarang , lalu kapan lagi?
Jerman, Jepang, Malaysia, Yogyakarta. Macam di semuanya TOEFL pun tak da guna.
Jerman konon tempat terbaik di dunia untuk belajr psikologi. Di sana jelas dingin. Tapi soal makanan halal, keramahan penduduk, tantangan kemandirian..masih berupa tanda tanya. Tentang bahasa, masih 100% buta.
Jepang, kedua. Bisa bercermin dalam kedisiplinan, kerja keras dan profesionalitas, serta rasa bangga pada budaya. Tempat tepat untuk belajr dan mengembalikan integritas diri yang sempat luntur. Hampir seperti Jerman, makanan halal masih jadi masalah. Tapi setidaknya aku tahu sudah ada komunitas muslim di sana. (ya walaupun sepertinya di Jerman juga ada kalau niat nyari. Mestinya ada ah dimana-mana di muka bumi). Orangnya ramah dan tulus, asal kita bisa membawa diri. Nah, kalao bahasa, juga 99,9% buta. Ya tapi bisa sih kursus, terus pendalaman praktek bisa sama Pipi.
Malaysia, ketiga. Entah kenapa tiba-tiba negara ini kok ada di list ku. Rumpun bahasa melayu, mirip sama yang dipake sehari-hari. Tak terlalu berat untuk masalah penyesuaian bahasa. Makanan, budaya.. tak jauh beda. Tapi tantangannya jadi tak seberapa..
Yogyakarta, keempat. Paling dekat, paling nyata. Tapi tantangannya nyaris tiada. Sekedar menjalani hidup dan dapat gelar, itu saja. Tapi kalau Yogya, berarti itu sama sekali bukan tetang mewujudkan mimpiku. Hanya menenangkan dan menyenangkan orang-orang di sekitarku.
#Oh, apakah aku harus pula bertemu dengan inspiratorku ? Yah barangkali ini salah satu solusi instan yang terasa dangkal.
10 Maret 2015, 01.11 di kamar ibu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar