![]() |
diambil dari http://health.detik.com/read/2013/04/25/103252/2229984/763/gampang-lupa-kepalkan-tangan-agar-otak-lebih-mudah-mengingat |
Dan setiap ujian pasti sudah disesuaikan dengan level peserta yang menempuhnya.
Tidak ada yang 100% sama.
Maka tidak ada yang perlu dibanding-bandingkan.
Sahabatku, senang rasanya jika ada diantaramu yang sempat menemukan luahan hatiku ini. Kamu beruntung, karena tidak semua yang dekat denganku bisa mendapatkan kesempatan itu. Kamu juga beruntung, karena kalaupun kamu tidak atau belum dekat denganku, kamu malah sudah ikut menikmati percikan perenunganku ini.
Dulu, tak jarang aku merasa nelangsa ketika melihat salah satu dari kita meraih sesuatu, terutama jika raihan itu adalah hal yang sangat ingin kuraih juga. Tidak jarang aku merasa dunia ini tidak adil; betapa di saat aku merelakan diri berkorban demi raihan kita bersama, bahkan demi kebersamaan kita, eh malah aku yang ditinggal. Dan memang sampai sekarang aku masih menjadi yang paling tertinggal, dipandang dari sisi manapun.
Itu iri. Di satu sisi aku ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh orang yang kupedulikan. Tapi di sisi lain aku tak rela bahwa kebahagiaan itu bukan aku sendiri yang mencicipinya terlebih dahulu. Apapun alasannya, iri adalah penyakit hati, aku tahu. Dengan adanya rasa iri itu, sulit bagiku menemukan bahagia, meski apa yang kupunya sebenarnya lebih dari yang orang lain rasa.
Tapi kemudian aku sadar, pencapaian yang kita raih sejatinya adalah pilihan kita masing-masing. Prestasi berupa nilai tinggi , IPK cumlaude, kemenangan di perlombaan tertentu, kelulusan tepat waktu, pekerjaan yang bagus, gaji yang mencukupi, cinta dalam pernikahan yang indah, keluarga yang harmonis, tempat tinggal yang mandiri, layak, nyaman, dan tenteram, anak yang menyenangkan dan menyejukkan hati, kebebasan yang menenteramkan, petualangan yang menarik, pengalaman hidup yang penuh kesan, atau.. sesuatu yang lain yang sulit untuk dijelaskan...
Semua itu sah untuk dipilih sebagai pencapaian diri. Begitupun aku. Aku punya pilihanku sendiri. Tiap-tiap kita punya hak untuk itu. Kebahagiaan. Itu satu kata yang kita cari bersama, meski ada begitu banyak pilihan jalan yang bisa kita ambil untuk menemukannya.
Sesekali menanjak, sesekali menurun, sesekali beristirahat di stasiun persinggahan, sesekali juga berbelok, namun tetap dalam relnya. Rel kita. Karena kereta kita akan kita bawa ke tujuan yang sudah sejak lama kita rencanakan.
Kini, aku sudah benar-benar rela kalian sampai di sana. Dan aku cukup bahagia dengan pencapaianku sendiri. Dengan kecepatanku sendiri. Dengan usahaku sendiri, cucuran keringatku sendiri. Dengan lika-liku indah-ku sendiri, takdirNya yang selalu dan akan selalu adalah yang terbaik untukku. Dengan segala hal yang khas-ku. Aku PUAS dengan SEMUANYA.
Lihat saja, aku juga akan SAMPAI di sana.. meski tempatku barangkali memang berbeda.
Terima kasih dunia.. Aku lega dengan memegang janjiNya.
151013 03.26 ruangtamu, beriring takbir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar