Who Amung Us

Kamis, 22 Maret 2018

Tahiya Kasyaafah

Dianpinru. Aku pernah ikut itu. Berarti aku pernah jadi Pinru dong yah? Udah lupa rasanyah.

Akhirnya mukhoyyam terlaksana. Setelah stres yang membuatku terlambat haid 3 minggu, tepat sebelum berangkat kemah, darah kotor itu keluar. Lega. Biarpun rasanya tak nyaman untuk berkegiatan dan ibadah jadi amat kurang... Tapi plong, karena artinya aku masih sehat.

Mukhoyyam, acara yang dulu kukira hanya untuk kaum Adam. Betapa di sana dulu para wanita begitu dijaga, hingga seakan tidak boleh lecet sedikitpun walau hanya goresan setipis rambut. Dijaga, tapi juga terasa seakan dikekang. Betapa dulu aku cuman mau izin buat ikutan naik gunung, begitu ketat dan rumit urusannya. Padahal sebelumnya aku sudah beberapa kali naik gunung, kalau gak mau sesumbar sok bilang sering.

Acaranya, yang aku jadi panitianya, ternyata tidak sengeri yang kubayangkan. Diksar pecinta alam yang pernah kuikuti, level tempaannya berkali-kali lipat lebih berat. Aku sebagai sie P3K, cuma pindah tidur, makan, mandi, sembari bantu-bantu jaga poskes, ngasihin hansapl*s, sal*npas, lesp*in,  ant*ngin, madu, minyak zaitun, atau kayu putih. Obat-obatan telan sama sekali aku tidak menguasai kecuali sekali waktu ada yang pusing demam, kuberi paracetamol. Sama satu kali  masang perban buat anak yang jempolnya keiris pisau. Langsung diketawain Si Ulvah, katanya kayak mlester kerdus. Jahat, jujur banget tuh anak.

Ikut pengenalan medan satu kali, aku langsung tepar. Aih, parah banget dah degradasi kebugaran fisikku. Baru mau 27 tahun ini padahal umurku. Gimana besok kalau 35?!

Tapi ada yang begitu berkesan dalam mukhoyyam akhwat SMAITIF 2018 ini. Sore terakhir, aku jadi MC acara besar untuk pertama kalinya seumur hidupku. Pesertanya ratusan,bo! Ada 29 sangga, isinya @8 s/d 10 anak. Untuk sesi materi Pemadaman Kebakaran. Akunya bisa membawakan acara dengan asyik. Pembicaranya,  gokil, biar umur udah 58, tapi komunikasinya ke anak SMA oke banget. Mana bawa alat peraga pulak, ohhh, anak-anak antusias sekali. Konon, menurut beberapa pihak, sesi materi yang paling sukses ya materi yang MCnya aku ini. Ehem. Betulin jilbab.

Terus malam terakhir, haflah. Aku didaulat teman-teman panitia untuk menampilkan sesuatu sebagai persembahan mewakili panitia. Akhirnya kubawakan lagu ciptaanku sendiri yang gak menang di lomba kemarin: Biar. Sebetulnya suaraku tidak prima, bergetar karena kedinginan ditambah demam panggung, namun peserta sangat antusias, dan mereka sangat mengapresiasi penampilanku. Langsung cairlah seketika acara yang tadinya sudah kuyu, karena pesertanya sudah pada mulai khusyu ketiduran sambil kedinginan. Lagu kedua, kutampilkan nasyid yang sudah familiar bagi kami yang ada di sana: Gelombang Keadilan. Wah, seru, nyanyi semua! Habis itu sebenarnya mau disudahi, tapi anak-anak minta lagi. Agak alot, mau pemenang sejati, mereka gak kenal, mau Merah Saga, aku gak yakin hafal liriknya, mau Sebiru Hari Ini, kok ya lagu itu to,,,, kenanganku pahit bersama lagu itu. Gak apal pulak.  Tapi akhirnya untuk mempersingkat waktu, kubawakan Sebiru Hari Ini bersama-sama. Suaraku gemetar parah. Risma datang menyelamatkan, dia merangkulku sambil nyanyi dan goyang kanan-kiri. Teman-teman panitia yang lain juga ikutan pada maju, rangkul-rangkulan sambil nyanyi dan goyang kanan-kiri. Lagunya belepotan udah gak penting lagi, micnya kujauhkan.Yang penting moodnya dapet, hihihihi.

Di akhir rangkaian acara haflah malam itu, ada pemberian award untuk sangga-sangga "ter..."
Yang paling seru adalah sangga tertegar. Sewaktu mementaskan seni untuk sangga-nya, sangga tertegar ini diwakili dua orang, yang mengaku sebenarnya tidak tahu mau menampilkan apa. Mereka sama sekali tidak ada persiapan. Tapi PD dan bertanggung jawab, mereka berdua lantas menerima request lagu dan menyanyikannya. Suara mereka lumayan, tidak mengecewakan. Dan mentalnya itu lho terutama, layak dihargai. Setelah semua dapat hadiah, mereka berdua dipeluk semua panitia, kayak teletubbies ^_^

Aku lupa minum obat setelah makan malam, maka langsung kuminum sebelum tidur. Tidak sempat kutuliskan kisah ini real time kemarin, karena aku langsung tidur--dalam senyum--, dan bangunnya kebluk, langsung aktivitas deh. Maaf kalau tulisan ini hanya narasi, tidak deskripsi ataupun eksposisi. Kurang masuk perasaan ku dalam tulisan ini, karena memang aku dalam pengaruh obat yang menumpulkan sensitivitas, biar aku nggak lebay. Ketimbang kambuh kan, lagi musim capek-capek ini.

Aku kangen menyapamu dalam kisahku.
Walau menyapa itu bukan berarti kita berjodoh...
Suka aja menyapamu.
Hidupku terasa lengkap dengan itu.
Meski esok lusa aku juga tak tahu.

Tahiya Kasyafah!
Salam Pramuka!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar