Who Amung Us

Minggu, 11 Februari 2018

Ya Allah.. Aku tidak pernah berpikir dari sudut pandang ini. Aku habis menonton ulang Sabtu Bersama Bapak. Tempo hari X MIPA 1 minta nonton itu, dan aku tidak bisa membersamai penuh karena keburu mentoring. Film itu bagus aku tahu. Tapi aku masih belum yakin apa film itu bebas dari sensor, karena sepertinya dulu pertama kali nonton, aku sempat malu. Aku tetap perlu memastikan, maka siang sampai sore ini kuputuskan untuk nonton sendiri di kamar. Membunuh waktu juga sih. Dan memanfaatkannya sekaligus, soalnya otakku lagi nggak bisa diajak kompromi. Ngelantur kemana-mana, susah fokus kalau lagi sendirian, nggak produktif padahal ada serenteng pakaian masih di hanger perlu disetrika, tumpukan koreksian 2 kelas masih nganggur juga. Hfft... Film yang mengaduk-aduk emosi. Banyak nilai. Tapi sampai di sebuah scene, di penghujung film, aku tergugu. Ketika video terakhir dari Bapak ditonton Saka, Satya, dan Mamah. Bapak bilang, "... Kamu akan menikah. Tugas Bapak selesai." Ya Allah.. Barangkali karena inilah aku belum menikah. Tugas mereka belum selesai. Aku masih suka merasa belum puas jadi anak mereka. Tapi aku tidak pernah berpikir bahwa bisa jadi masih banyak yang harus mereka selesaikan. Pernikahanku bukan hanya urusan diriku sendiri, tapi juga urusan mereka. Aku sedang membantu mereka. Mudahkan Ya Allah.. Izinkan kami menjadi hamba-hamba-Mu yang selesai dengan urusan kami sendiri, sehingga mampu berkontribusi menyelesaikan urusan-urusan yang lain. Agar kami menjadi hamba-hamba-Mu yang bermanfaat.. Kumpulkan kami di syurga-Mu Ya Allah.. Untungnya lagi hujan. Aku bisa nangis keras-keras di kamar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar