Who Amung Us

Selasa, 27 Februari 2018

Siapa Ini?

Degg! Begitu saja. Memang ada sesuatu yang terasa. Tapi itu tidak menyakitkan. Kau berhak memilih yang kau tuju. Aku baik-baik saja. Aku juga selalu menyiapkan hati untuk bersama siapapun. Yah, walau memang jujur saja aku juga berharap bisa bersamamu. Namun, jika kau sudah memilih, maka silakan jalani pilihan itu. Semoga yang terbaik yang dihadiahkan untukmu. Dan semoga yang terbaik juga untukku.

Minggu, 25 Februari 2018

Kerja Besar


  • Jadi ini Ya Allah? Sebuah kerja besar, amat sangat besar, harus kutunaikan sebelum aku layak menuntut sesuatu seberharga  Mi'raj. Oke. Dengan nama-Mu, kuikhlaskan langkah pertama.. Demi kebaikan semesta, demi berkumpulnya kami semua di Syurga, semoga. Berat Ya Allah, ini berat. Tapi kutekadkan, aku sanggup. Kan kupikul sekuat yang aku bisa. Mohon tuntun langkah kaki hamba, tutur lisan hamba, semangat jiwa hamba, ketikan tangan hamba di jagad maya penyambung bicara kami semua, agar selalu di jalan-Mu. Yang lurus, Engkau ridhai, hingga menjadi jihad kami. Bukan hanya untuk Mi'raj ku. Tapi demi ridha-Mu.

Kamis, 15 Februari 2018

Balada Milea Hari Ini


Tadi pagi, saat aku berjalan di halaman kompleks Darut Taqwa menuju kelas X Mipa 2, tetiba ada suara dari X IPS 1. Seorang anak berseru "Milea!" saat aku terlihat melintas di luar pintu mereka. Kenceng banget, dijamin seluruh DT dengar. Diduga tersangkanya adalah Raihan.

Duh murid zaman now, gitu ya kerjaannya, ngegodain gurunya. Padahal eh padahal, beda banget ginih. Milea kan mau tuh diboncengin si Dilan. Nah aku? Bawa motor sendiri duonkz 😍😍😍😍😍 keren nggak tuh?! 😉

Dasar.. Gak ada takut takutnya ih ama guru. Heran.
Dulu pas jaman SMA, aku pernah dibully kembarannya Ardina Rasti karena gigiku yang tidak rapi. Jelang kelulusan, lagi booming Ayat-ayat Cinta (1), aku dikatain "Aisyah kita."

Lah kok sekarang udah jadi Guru, malah murid berani-beraninya membullyku sebagai Milea.

Aduh. Emang Nasib kalik ya
Mana habis dari X Mipa 2, aku langsung kena jadwal X IPS 1 😞

Sebelumnya, aku berencana mau mengusut kasus teriakan "Milea!" tadi. Tapi pas udah di hadapan X IPS 1, mabur semua rencana. Mereka sukses memperalat gurunya yang satu ini supaya mereka bisa ke lab komputer lagi. Dan setelah berulang kali mengucap "Astaghfirullah, laa hawla walaa quwwata illaa billaah", (Rhofi senyam-senyum pas ngeliat aku komat-kamit begitu), sambil tersenyum pasrah, aku takluk dan menggiring mereka semua ke lab komputer. Dan hebatnya, ini illegal 😆

Tadi pas jam pertama X Mipa 2, kami di lab Kom. Kuncinya kupegang. Jam berakhir, aku menghubungi PJ lab Kom untuk mengembalikan kunci, tak dibalas-balas, sedangkan aku selak keburu ke X IPS 1, maka kubilang saja kuncinya sementara kubawa dulu. Ehh kami salah gunakan deh kunci yang sedang kukantongi itu untuk kebaikan. Tanpa izin lagi ke pak Saif, langsung kami pakai deh lab nya seenak udel. Tapi tetap terkontrol dan selalu dalam pengawasan sih. Gurunya kan bermoral. Xixixi.

Tapi suer, aku semakin salting nih tiap mau ke DT, apalagi ke X IPS 1. Apalagi kalau si Hanan mulai senyam-senyum aneh. Aku jadi merasa hina di antara mereka.

Tapi eh tapi, kok aku jadi begini ya? Lipstikan euy di kamar 🤣😭

Minggu, 11 Februari 2018

Ya Allah.. Aku tidak pernah berpikir dari sudut pandang ini. Aku habis menonton ulang Sabtu Bersama Bapak. Tempo hari X MIPA 1 minta nonton itu, dan aku tidak bisa membersamai penuh karena keburu mentoring. Film itu bagus aku tahu. Tapi aku masih belum yakin apa film itu bebas dari sensor, karena sepertinya dulu pertama kali nonton, aku sempat malu. Aku tetap perlu memastikan, maka siang sampai sore ini kuputuskan untuk nonton sendiri di kamar. Membunuh waktu juga sih. Dan memanfaatkannya sekaligus, soalnya otakku lagi nggak bisa diajak kompromi. Ngelantur kemana-mana, susah fokus kalau lagi sendirian, nggak produktif padahal ada serenteng pakaian masih di hanger perlu disetrika, tumpukan koreksian 2 kelas masih nganggur juga. Hfft... Film yang mengaduk-aduk emosi. Banyak nilai. Tapi sampai di sebuah scene, di penghujung film, aku tergugu. Ketika video terakhir dari Bapak ditonton Saka, Satya, dan Mamah. Bapak bilang, "... Kamu akan menikah. Tugas Bapak selesai." Ya Allah.. Barangkali karena inilah aku belum menikah. Tugas mereka belum selesai. Aku masih suka merasa belum puas jadi anak mereka. Tapi aku tidak pernah berpikir bahwa bisa jadi masih banyak yang harus mereka selesaikan. Pernikahanku bukan hanya urusan diriku sendiri, tapi juga urusan mereka. Aku sedang membantu mereka. Mudahkan Ya Allah.. Izinkan kami menjadi hamba-hamba-Mu yang selesai dengan urusan kami sendiri, sehingga mampu berkontribusi menyelesaikan urusan-urusan yang lain. Agar kami menjadi hamba-hamba-Mu yang bermanfaat.. Kumpulkan kami di syurga-Mu Ya Allah.. Untungnya lagi hujan. Aku bisa nangis keras-keras di kamar.

Jumat, 09 Februari 2018

Menanti

Ternyata begini rasanya menanti. Menanti sebuah jawaban yang sangat diharapkan. Menanti jawaban, sekaligus memberi jawaban. Kalau mereka berniat mengerjai, mereka sukses. Tapi aku yakin tidak. Mereka pun tak bermaksud membuatku gundah

Aku hanya ingin lagu ciptaanku didengar dunia, lantas memberikan kesan di hati banyak orang, yang kemudian mendorong mereka untuk lebih baik. Dengan semua tujuan itu, hal kecil ini menjadi sebuah proyek peradaban. Aku tidak akan mengerjakannya asal-asalan.

Ada untungnya aku mengajar di kelas para ikhwan. Aku jadi dekat dengan mereka, mudah masuk ke dunia mereka, dan semoga, mudah pula melibatkan mereka ke duniaku. Apakah ini berlebihan? Ah, asal masih tetap dalam koridor kebaikan, dan tidak ada larangan yang dilanggar, maka aku rasa tidak akan ada masalah.

Aku tahu info lombanya pekan lalu. Lalu hari sabtu, kuminta muridku yang bisa beatbox, Prasnanda, untuk menemuiku hari senin di waktu luangnya. Dan benar, hari senin kami bertemu, kusampaikan langsung niatku, dan dia berpikir sesaat bersama dua teman yang dia ajak. Sambil mendengarkan lagu yang kurekam seadanya pakai HP dengan suara cemprengku. Dua menit empat puluh sembilan detik. Setelah selesai lagunya, dia menghadapku, dan--alih-alih menolak--, dia malah merekomendasikan teman-temannya yang tergabung dalam tim nasyid. Dengfan alasan, kemampuan Nanda dia rasa masih jauh di bawah teman-teman tim nasyid itu. Kalau mau menghubungi, orang pertama yang harus ditemui adalah Jayadi. Sayang saat itu hari sudah sore, pulang sekolah, menjelang asar. Senin pula. Aku harus segera pulang. Untuk berobat Selasanya.

Rabu aku kembali ke IF, dengan kondisi super ngantuk, luar biasa (sepertinya efek obat baru yang sedang diujicobakan ke aku. Kata dokter sih obat itu bagus banget. Tapi kok nyatanya di aku bikin ngantuk parah, nggak mendukung aktivitas kerja ya?)

Aku meminta bertemu dengan Jayadi dan teman-teman tim nasyidnya, sepulang sekolah. Dan mereka datang. Kami bertemu di teras depan ruang TU. Persis seperti tempatku bertemu Nanda. Kuutarakan maksud dan tujuanku menemui mereka to the point. Dan sambil mendengarkan laguku, mereka berembug diam-diam. Akhirnya, mereka minta waktu, sampai hari Sabtu, untuk bisa menjawab tawaranku.

Oke, kusanggupi untuk menunggu.

Kamis pagi, saat jam pelajaranku di X IPS 1, tiba-tiba Alif datang mendekat. Ada apa ya, batinku, paling-paling ada pertanyaan. Soalnya HP yang dia titipkan sejak hari Senin, barusan sudah kukembalikan. Ternyata, dia menawarkan diri untuk mengiringi lagu yang mau kuikutkan lomba dengan gitar. Akustik! Entah siapa yang memberitahunya soal ini.


Tapi bodohnya, secara spontan dan tanpa pikir panjang, aku menjawab dengan inti yang mematahkan hati, "Bu Ridla punya mimpi; lagu bu Ridla didengar dunia dengan gaya acapella. Karena Bu Ridla paling kagum sama acapella." Aish! Kemudian kubilang, "Kita tunggu besok sabtu ya, keputusan tim nasyid bagaimana. Kalau mereka mau, berarti jadinya lagu bu Ridla dibikin acapella. Tapi kalau tidak, berarti bu Ridla sama Alif, lagunya jadi akustik.
"
Aish!

Harusnya langsung kuiyakan tawaran Alif ini. Yang paling kubutuhkan saat ini adalah antusiasme. Plus ketulusan. Anak yang dengan senang hati menawarkan diri, bisa diharapkan akan memberikan yang terbaik yang dia bisa.

Tapi yah, aku nggak bisa juga sih plin-plan. Masa kemarin habis melamar tim nasyid, dijanjikan jawaban hari Sabtu, hari Kamis aku sudah menduakan cabang lamaran? Gak fair lah. Jadi oke, kita tunggu  besok Sabtu.

Postingan ini kutulis hari Jumat. Hari dimana aku galau berat. Setaleh kemarin aku hibernasi seharian, sampai melewatkan satu jam mengajar di 8 ikhwan 3, tidak mandi sore ataupun sikat gigi, (hibernasi aseli!) hari ini aku diliputi perasaan aneh. Gundah gulana rasanya. Ingin segera menemui Alif, menyatakan bahwa aku menerima tawarannya, dan menghubungi Jayadi, membatalkan tawaran sebellumnya. Seharian aku gulana. Tidak murung, jadi bukan fase depresif ya. Melainkan galau, tidak fokus. Kalau biasanya konsentrasiku mengajar antara 98-100%, maka seharian ini tadi, konsentrasiku ada di rentang 70-80%, sebatas bisa jalan tanpa nabrak.

Jadi gini rasanya menanti. Tidak enak! Berarti kelak aku tidak boleh membuat orang menanti seperti ini. Bikin nggak produktif sama sekali!

Yah, berharap aja, semoga Jayadi cs sepakat untuk  tidak mau mengambil proyek ini. Sehingga kemudian aku bisa menerima niat baik Alif.

Alif Fathu Rizky Novian Usman. (Serius, namanya panjang bener, dan kayak nggak saling berhubungan. Ini bisa jadi nama enam orang sekaligus, eh semua dikasihin ke dia.) Anak ini belakangan jadi makin antusias di pelajaranku. Sepertinya semenjak aku cerita soal masa laluku sewaktu aku seumuran mereka. Betapa dulu aku "ngewel" di depan kelas sewaktu diminta menjelaskan sebuah topik dalam pelajatran Bahasa Indonesia. Betapa aku dengan sadar memilih masuk IPS. Betapa aku tidak bisa berkomunikasi sehingga aku memilih kuliah di jurusan komunikasi. Sepertinya kisah ini menyentuh sekali buat dia. Atau pernyataanku yang sangat bertenaga dan mungkin terlalu berani bagi seorang guru Bahasa Indonesia: "Manusia, tidak harus memiliki kemampuan berbicara yang sama. Yang kita harus bisa itu berkomunikasi. Dan berkomunikasi itu ada banyak caranya. Kemampuan berbicara itu anugerah. Ada orang yang diberi anugerah kemampuan berbicara dengan asyik. Ada orang yang diberi kemampuan berbicara dengan terbata-bata. Ada orang yang dianugerahi kemampuan berbicara dengan penuh semangat. Ada orang yang dianugerahi kemampuan berbicara dengan sedikit kata-kata. Ada orang yang dianugerahi kemampuan berbicara dengan lucu. Dan seterusnya." Aku mengatakan itu, hanya dengan tujuan agar anak-anak tidak lagi membully Ilham Galih yang memang kemampuan berbicaranya tidak sebaik teman-temannya. Tapi mungkin dari situlah ada pandangan yang berubah terhadapku.

Yah, semoga perubahan yang muncul ini positif. Bisa memacu semangat belajar mereka dengan lebih baik. Walaupun gaya mengajarku ya masih begitu-begitu saja.

Semoga yang terbaik lah. Apapun itu, semoga terkejar. Sabtu-Ahad katanya Alif mau ke Solo sama Pak Galang, ada lomba basket. Berarti dia baru bisa kutemui lagi hari Senin, insyaallah. Semoga bisa. Semoga lancar semuanya.


Kamis, 08 Februari 2018

Batasan

Batasan bisa memiliki banyak arti. Batasan bisa berarti koridor yang membuat kita tidak melampauinya dan menjadi orang yang tidak pantas. Batasan bisa berarti puncak dari usaha yang memungkinkan untuk kita lakukan tanpa kemudian mendzalimi diri sendiri. Batasan bisa berarti rambu-rambu, solusi mana yang bisa diambil dan mana yang harus dihindari. Batasan juga  berarti kemampuan tertinggi tubuh kita yang tidak boleh dipaksakan untuk dilampaui. Dulu aku selalu memandang bahwa batasan itu tidak perlu ada. Karena biasanya kita sendiri yang memasang pagar mengelilingi diri kita, sehingga kita tidak berkembang melebihi batas pagar itu. Tapi seiring berjalannya waktu, dengan banyak hal yang aku alami, kini aku mulai banyak berpikir untuk lebih menghargai batasan. Kita tidak bisa menjadi manusia super dalam segala hal di hidup kita. Bukanlah sebuah dosa jika kita menjadi orang biasa, yang bukan siapa-siapa. Toh bagi orang-orang tertentu, kita sudah hebat di mata mereka. Aku sedang ingin mengejar sebuah proyek peradaban. Kesempatan hadir setelah bertahun-tahun aku hanya diam dan menunggu. Kesempatan sudah ada. Tapi ada batasan untuk ku. Maka.. Harus bagaimana ini? Kukejar terus kah, atau harus kuhormati batasan ini? Tolong, siapapun yang membaca tulisan ini sampai selesai, beri aku pertimbangan.. Harus bagaimanakah?

Sabtu, 03 Februari 2018

Untuk Dilaksanakan

Jadwal Ideal dari sosok idealku. 02.30-02.45 : bangun pagi. 02.50-03.30 : MCK. 03.35-04.00 : QL. 04.00-04.10 : cek HP/istirahat/sahur/merenung/curhat/menyapa orang terdekat. 04.10-05.00 : rangkaian Fajr, subuh, dzikir Al-Ma'tsurat, asma'ul husna di masjid. 05.05-05.30 : HAFALAN. 05.35-05.50 : mempersiapkan KBM. 05.50-06.20 : berpakaian, sarapan, manasin motor, JALAN KAKI ke kelas, selalu bawa laptop entah dipakai atau tidak. 06.20-selesai : kerja, mengajar. 30 menit untuk sholat dhuha minimal 8 rokaat. 12.00-12.20 - sholat dzuhur. Jalan ke asrama. 12.30-13.00 : TIDUR SIANG. 13.00-13.15 : Makan siang, dan menuju kelas. Boleh pakai motor, sedia jas hujan dan atau payung. 13.15-14.45 : lanjut kerja, mengajar. 14.45-15.10 : istirahat, HPnan. 15.15-16.00 : wudhu, sholat asar, dzikir Al ma'tsurat. 16.05-16.30 : BBD. 16.30-17.15 : serba-serbi kerjaan, ngoreksi/nyiapin soal/materi ajar/belajar/rancang konsep /RPP/mentoring. Tidak boleh HPnan. Boleh tilawah. 17.15-17.45 : makan sore plus bersosialisasi. 17.45-18.15 : nyelesaiin kekurangan tilawah 1 juz. 18.15-18.50: rangkaian maghrib, dzikir, doa, asma'ul husna, rawatib. 18.50-21.00 : ngasihkan HP asrama. 19.25-20.00 : rangkaian isya, dzikir, doa, asma'ul husna, rawatib di masjid. 20.05-20.10 : silaturahim ke asrama anak-anak.  20.15-20.30 : senam bodybuilding. 20.35-21.00 : bebas, ngabisin tilawah kalau masih/HPnan/diary/blogging/santai/menyelesaikan persiapan KBM esok. 21.00-21.15: ngambil HP asrama, ngerapiin uang, rutinitas sebelum tidur. 21.15-02.30 : tidur malam. NB: jadwal sudah dibuat lentur dengan jeda antar agenda. Jadi harus berusaha Dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sudah saatnya menjemput masa depan yang lebih indah.

Muridku Hasbi Nashrullah


Hasbi panggilannya. Awal aku ngeh sama anak ini adalah karena dia sakit lama, setiap diabsen dia selalu dalam keadaan izin tidak masuk karena  sakit. Setelah dia sehat dan aktif KBM lagi, aku mulai menangkap bahwa anak satu ini bukan tipikal favorit. Dia pendiam, kalem, dan tidak menonjol sama sekali di antara yang lain. Nilai-nilainya pun sangat biasa, kalau tidak mau dibilang mengecewakan. Tapi aku tetap meyakini setiap anak punya kelebihan, dan itu tidak harus di pelajaran Bahasa Indonesia.  

Baru siang tadi aku berkesempatan menatap langsung wajahnya dari jarak dekat. Saat aku berkeliling mengawasi anak-anak yang sedang mengerjakan tugas kelompok, kudapati dia dalam pose yang tidak ideal untuk kerja kelompok. Kutegur langsung dengan sapaan "mas"  berhubung aku tidak ingat namanya. 

Saat menatapnya, aku merasa ada sesuatu dalam diri anak ini. Kalem, tenang, senyum-senyum malu, salah tingkah merasa bersalah, tapi tetap kalem. Dan ada sesuatu di wajahnya : keteduhan. 

Anak itu beringsut menempatkan diri lebih baik, dan sudah, kulupakan kejadiannya. Namanya aja lupa ini. Eh, sorenya, di grup SMP, waktu kubuka, paling atas ada foto anak itu. Eh, siapa ya, batinku merasa kenal.

Saat kubaca caption foto itu, deggg... "assalamu'alaikum wrwb, alhamdulillah, baru saja ananda Hasbi Nashrullah kelas 8 Tahfidz, telah slsi menyetorkan hafalan 30 juz nya, semoga selalu istiqomah menjaga hafalan nya, dan menjadi AHLUL QURAN."

"Aamiin," refleks kuucapkan. Ternyata yang namanya Hasbi tu yang itu. Dan ternyata si Hasbi ini sudah hafidz??? Masyaallah.. Alhamdulillah.. Semoga istiqomah... 

Terima kasih Ya Allah, Kau kirimkan hamba cermin yang jernih untuk menjadi penyemangat hamba memperbaiki diri.. Anak ini masih sangat muda. Dan dia luar biasa. 

Aku berakhir tergugu sepanjang maghrib di Mujahidat 1. Dan lantas meretas azzam dalam derai luh yang menderas. Bismillah.. Tiada yang mustahil kalau kita mau berusaha dan Allah menghendaki itu terjadi.

Jadi, kapan mau hafalan lagi...?

Jumat, 02 Februari 2018

Guru Cantik = Murid Gagal Fokus?

Apakah statement di judul ini benar adanya? Kalau Guru perempuan tampil cantik dalam artian sedikit berbeda dari yang biasanya, apakah murid-murid laki-laki akan cenderung jadi gagal fokus? Perhatian terhadap pelajaran beralih jadi memperhatikan gurunya? Tempo hari mbak Dezy teman sekamarku curhat kalau murid-murid dia pada caper mendadak.. Diduga gara-gara mbak Dezy memakai gamis coklat muda barunya yang bahan balotelli, potongan model princess. Padahal biasanya tampilannya tomboy ala Pembina Pramuka. Mbak Dezy jadi nggak pede Blas kalau mau pakai baju itu lagi. Masak di jalan muridnya pada nyapa yang agak aneh dan di luar kebiasaan.. Genit gitu lah.  Terus ini tadi. Semalam kan anak2 asrama ngasih aku hadiah gamis setelan dengan jilbabnya. Mereka pesan untuk segera dipakai pagi ini. Ya udah aku pakai. Cantik sih. Aku jadi tampil beda. Lha biasanya nggak pernah salin, pakai bajunya itu itu melulu. Hari ini di ruang Guru pada komentar bu Ridla cantik banget. Lha di kelas, awalnya kukira ada perbaikan positif dari gaya mengajarku, sehingga kelas lebih aktif, interaktif, asyik, dan seru. Tapi barusan aku kok kepikiran selama sholat maghrib tadi. Apakah ini.. Jangan-jangan  juga gara-gara penampilanku? Aduhhh