Who Amung Us
Minggu, 24 September 2017
[BULLYING] ANAK KITA : PELAKU, KORBAN ATAU PENONTON?
Sekitar sebulan yang lalu di Sukabumi-Jawa Barat, SR anak kelas 2 SD tewas dibully teman sebayanya. Berawal dari sering ejek, korban dan para pelaku menjadi sering terlibat perkelahian. Terakhir, korban tak hanya dipukuli. Ketika sudah terkapar, telinga korban disumbat menggunakan keripik dan disiram dengan minuman ringan.
http://kaltim.tribunnews.com/2017/08/09/sadis-anak-sd-jadi-korban-bully-teman-sebayanya-hingga-tewas-telinga-korban-disumbat-pakai-ini?page=3
Belum lagi nyeri dihati hilang, dua pekan yang lalu persisnya 4 September terjadi hal yang lebih parah di Bekasi. ST (7) dan BN (7) melakukan perbuatan tak senonoh terhadap teman perempuannya ketika jam istirahat sekolah. Korban sedang ke toilet untuk buang air, tapi mendadak kedua pelaku menerobos masuk dan mencabuli korban. Kemudian tiga temannya datang lagi namun tidak melerai, malah menonton.
Perbuatan cabul itu pun dilakukan beberapa menit hingga jam istirahat habis. Usai melakukan perbuatannya, pelaku mengancam jika korban melaporkan.
https://www.merdeka.com/peristiwa/2-bocah-sd-di-bekasi-cabuli-temannya-di-toilet-sekolah.html
Bagaimana perasaan Anda dan apa yang Anda pikirkan?
Lepas dari peristiwa diatas, dalam beberapa bulan terakhir ini, beberapa teman-teman dalam grup FB Parenting with Elly Risman and Family mengajukan pertanyaan tentang bullying dan berharap saya menulis tentang hal ini, karena mereka semakin kawatir terhadap anak-anak mereka menghadapi situasi sekitar yang semakin tidak bersahabat dan nyaman bagi anak anaknya.
APA ITU BULLYING?
Menurut Dan Olweus (www.Kidscape.Org.Uk), Bullying adalah:
Aktifitas berbentuk agresi/kekerasan dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental yang dilakukan secara berulang-ulang.
Jadi perilaku bullying ini benar-benar disadari oleh pelakunya. Mereka dengan sengaja melakukan kegiatannya untuk melukai & menanamkan ketakutan melalui ancaman dan menciptakan teror!
Masalahnya, pelaku ini usianya semakin muda, demikian juga korbannya: 7 tahun. Kenyataan inilah yang menggetarkan jiwa saya dan pastilah juga Anda, sesama orang tua.
YANG MANA ANAK KITA?
Bullying hanya terjadi bila ada : 3 Peran dan 1 Tragedi. Peran-peran tersebut adalah : PELAKU, KORBAN, dan PENONTON, yang untuk memudahkan dalam tulisan ini selanjutnya akan kita sebut sebagai PKP.
Pada umumnya banyak orang tua tidak langsung mengenali peran yang dilakukan oleh anak-anaknya. Bahkan ketika anak menjadi korban sekalipun ada orang tua yang baru sadar anaknya jadi korban ketika kondisinya sudah sangat parah. Apalagi kalau anaknya cuma jadi PENONTON! Yang tentunya sangat tidak mudah dikenali, terutama kalau komunikasi dalam keluarga terhambat, minimal tidak hangat dan tergesa-gesa.. Padahal sesungguhnya masing-masing peran jika tidak diatasi, ada efeknya bukan hanya sekarang tapi juga jangka panjang!
APA YANG JADI PENYEBAB ANAK BISA JADI P-K-P: PELAKU, KORBAN ATAU PENONTON?
Pertumbuhan dan perkembangan kita sebagai anak manusia, kata ahli ditentukan oleh 20% faktor turunan dan 80% faktor Lingkungan.
Jadi apapun anak kita: P-K atau P bisa saja kan ada unsur turunannya baik dari garis kita maupun pasangan kita. Tapi yang lebih menentukan adalah yang 80% yang terdiri dari unsur: KELUARGA, MEDIA , PEER GROUP, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT.
Marilah kita urai sedikit dari masing-masing aspek tersebut :
A. KELUARGA:
Kajian yang kami lakukan dari berbagai sumber, menunjukkan bahwa banyak sekali penyebab datang dari sumber keluarga yang bisa kita jadikan cermin untuk berkaca dengan diri kita sendiri.
1. Orang tua tidak siap jadi orang tua, banyak masalah dari masa lalu sehingga dalam mengasuh tidak sengaja mengulang secara otomatis kebiasan dari pengasuhannya sendiri di waktu kecil. Pengasuhan yang dilakukan tanpa ilmu yang memadai dan jarang dilakukan BERDUA suami istri. Umumnya anak disubkontrakkan ke tangan orang lain yang notabene kurang segala-galanya dibandingkan dengan orang tuanya sendiri. Jadi sejak awal anak sudah memiliki berbagai bentuk kecemasan, kurang kelengketan, perhatian dan kasih sayang. Semua tergesa-gesa. Masalah tak sempat teruraikan dan tertangani dengan seksama. Tahu-tahu anak sudah harus bersekolah.
2. Umumnya orang tua tidak sadar bahwa seharusnya mereka merumuskan dan menyepakati TUJUAN PENGASUHAN anak mereka sebagai penunjuk arah kemana anak ini akan dibawa dan anak yang bagaimana yang akan dihasilkan. Akibatnya mengasuh bagaimana lingkungan terdekat mengasuh anak mereka.. Kita hanyut bersama arus yang deras… ber-HP anak orang ber-HP juga anak kita. Punya peralatan games anak orang, begitu juga kita usahakan anak kita. Pengasuhan yang gak punya prinsip sama sekali!
3. Komunikasi BURUK : tergesa-gesa dan seadanya! Bagaimana bisa mengenali keunikan anak dan menyapanya, menyadari bahwa antara adik dan kakak saja berbeda tidak sempat. Itulah sebabnya kita tidak peka terhadap bahasa tubuh yang ditunjukkan anak, tak sempat menebak dan mendengarkan perasaan mereka, apalagi duduk membahasnya dengan dialog dari hati ke hati. Apa yang terjadi kalau kita bicara tak sengaja, kita menggunakan apa yang kami sebut sebagai 12 Gaya Populer Orangtua Berbicara Pada Anaknya, yaitu: Memerintah, Menyalahkan, Meremehkan, Membandingkan, Mencap/label, Mengancam, Menasehati, Membohongi, Menghibur, Mengeritik, Menyindir & Menganalisa.
Kalau anda sebagai anak, apa kira-kira perasaan Anda kalau bertahun-tahun orang tua Anda berkomunikasi dengan Anda seperti itu?
Kalau begitu Anda bisa mencatat sekarang di HP Anda: apa saja kemungkinan perasaan anak Anda sekarang ini?
Nah semua uraian diatas, kira kira akan mendorong anak kita menjadi Pelaku, Korban atau Penonton? Yang mana?
Belum lagi pada kenyataannya perkawinan tidak semuanya berjalan mulus.
Situasi rumah ada yang penuh stres: pertengkaran, agresi dan permusuhan.
Hubungan antar saudara yang buruk, perlakuan tak patut terhadap tenaga penunjang RT dan berbagai hal lainnya.
Kita lupa bahwa anak-anak belajar dari : Mendengar – Melihat - Merasa - Berbuat… baru Berfikir. Sesuai dengan tahapan perkembangan otaknya.
Dititik ini kita bisa menanyakan lagi pada diri sendiri apa yang terjadi di keluarga memproduksi anak yang mana dari P-K-P.
4. Pendidikan agama tidak dilakukan sendiri oleh orang tua, sehingga banyak sekali hal mendasar tentang keyakinan terhadap Allah, kecintaan pada Rasul dan Kitab sucinya tak terbentuk. Pembentukan akhlak, baik sesama manusia: Orang tua dan guru, teman dan yang lebih muda tak terajarkan dengan baik sesuai nash nya. Apalagi menyangkut akhlak dengan binatang dan isi alam lainnya. Perbuatan baik, dan tidak baik, Syurga dan Neraka tak sempat dibahas, ibadah yang baik tak sempat di contohkan. Hari habis dengan belajar, PR dan Les, PR dan Les. Hari berganti Minggu, bulan dan Tahun dan Tahun.. tahu tahu anak pra remaja!
5. Umumnya orang tua tak menyiapkan anaknya memasuki baligh. Tidak tahu bahwa hal itu terjadi lebih cepat karena gizi dan rangsangan dari media. Mereka akan berkilah : ”Aduh.. Gak nyangka cepet banget. Kirain masih setahun dua lagi?” Lha, emang persiapannya cuma seminggu? Apa yang terjadi? Anak ‘sexually active’ tanpa bekal sama sekali. Padahal hatinya padat dengan dendam kesumat dan berbagai perasaan negatif, banyak beban yang dirasa menekan. Apa yang terjadi?
Air laut saja tak bisa ditekan angin. Maka akan terjadi gelombang yang tinggi dan bergulung-gulung, menggulung apa saja dipermukaannya . Kalau sampai menghempas pantai, maka semua ditelannya! Itu air, bagaimana dengan jiwa dan rasa manusia.
B. MEDIA
Sudahlah begitu, dengan alasan cinta, kasian supaya nggak ketinggalan dari teman-temannya, kita fasilitasi anak-anak kita dengan berbagai macam games, HP, atau laptop yang dengan itu mereka bisa mengakses atau bermain games. Kalau tidak sanggup ya kasih uang Rp 3000 – 5000 untuk ke rental PS atau warnet. Luar biasa banyaknya games yang dimainkan anak yang sarat kekerasan. Tidak pantas kalau saya berikan contoh-contoh games tersebut di sini. Tapi kalau dalam seminar tentang ‘Bullying’ dan ‘Kecanduan Games’, ini saya bahas dengan cermat. Yang saya ingin jelaskan adalah karena banyak dan lamanya anak bermain games itu membuat mereka tidak bisa lagi membedakan mana: ”realitas dunia maya, mana reakitas dunia nyata”. Mereka melakukan apa yang mereka nikmati di dunia maya ke dunia nyata. Nonjok dan nendang terus. Mengapa? Karena kalau dalam permainan seperti smack down akan ada tanda “bip” dipojok atas yang menunjukkan warna. Kalau kuning tonjokan hanya : bahaya. Tapi kalu merah berarti pendarahan dalam. Penonton dalam games gak boleh dan gak bisa menolong, dia hanya menyaksikan saja. Ingat kasus anak perempuan yang dianiaya dalam kelas di Bukit Tinggi yang sangat viral? Mengapa teman lain dalam kelas itu tidak menolong, karena begitulah dalam permainannya. Ini baru satu media. Kalau kita bahas yang lain , tulisan ini harus berseri… Jadi, kita sedang memproduksi anak yang mana ? P-K atau P?
C. PEER GROUP
Selain belajar dari rumahnya, anak tentu belajar dari teman-temannya terutama di lingkungan rumah dan di sekolah. Tentu Anda semua bukan saja sudah paham dengan ini bahkan banyak yang anaknya telah mengalami pengaruh dan perlakuan buruk ini. Karenanya tidak perlu saya bahas lebih lanjut.
D. BERATNYA BEBAN PELAJARAN DI SEKOLAH
Bayangkan datang dari keluarga seperti itu, anak menghadapi pula beban berat sekolah, terutama kalau mereka baru 6 th sudah duduk di SD kelas 1. Aduhai berarti sejak usia 5 sudah les calistung dong. Anda sebagai ibu yang mendampingi anaknya belajar pasti tahu “berat”nya pelajaran sekarang!
Jam pelajaran yg jauh lebih panjang dari jam belajar Anda dahulu. Belum lagi ada sekolah yang masih membebani anak dengan PR dan Les. Kadang-kadang dari sekolah tidak ada PR, eh orang tuanya mewajibkan anaknya mengikuti les macam-macam dan umumnya LES MATA PELAJARAN lagi… Khawatir tidak sukses di masa depan dari sekarang bikin anaknya > kalau kue : ‘bantet’ duluan – bagaimana mau mekar dan suka atau cinta belajar?
Lha ini anak siapa ya? Bisa dan punya hak serta berani tidak ya anak ini, mengatakan: tidak, kasih alasan, atau melawan? Harus patuh kan? Jadi perasaannya bagaimana? Belum kalau ada pula perlakuan guru yang kurang patut bahkan ‘nakal’. Akan jadi apa anak kita? Kita sedang mencetak yang mana? : P-K atau P?
E. MASYARAKAT
Tidak usahlah jauh-jauh. Berita TV saja. Banyak orang tidak terpikirkan bertahun-tahun pemberitaan dan pembahasan tentang kejahatan dan tindak korupsi yang dilakukan menteri, pimpinan partai, anggota dewan, pejabat daerah, berbagai lapisan penegak hukum, tokoh masyarakat, artis dan lain-lain, berakibat apa pada jiwa anak-anak kita. Jangan bilang anak kita tidak menyaksikan apa yang terjadi pada sidang paripurna di dewan yang terhormat. Mana orang tua yang mau duduk dan menjelaskan dengan baik baik semua fenomena ini? Abis waktu dengan peer2 dan les2. Tidakkah kita bertanya pada diri sendiri :’Apa yang dipelajari anakku dari semua ini?” Apa kontribusi semua yang terjadi dimasayarakat kita terhadap perilaku anak kita? membentuk mereka jadi P-K atau P?
JENIS – JENIS BULLYING
Ada 6 jenis Bullying yaitu :
1. FAMILY BULLYING
2. SCHOOL BULLYING (Didalam maupun diluar sekolah)
3. BOARDING BULLYING
4. CYBER BULLYING
5. SEXUAL BULLYING
6. BULLYCIDE - BULLY ‘TILL SUICIDE ( Bully sampai bunuh diri!)
Anda tidak lupa khan sudah banyak anak kita baik yang terbunuh di sekolahnya atau di luar sekolah hampir setiap tahun ajaran baru? Dan mereka yang bunuh diri karena di bully seperti yang terakhir terjadi di Pakan Baru, yang dilakukan anak SMA karena tidak tahan diejek ayahnya mengalami gangguan jiwa.
JADI BAGAIMANA? APA YANG BISA KITA LAKUKAN?
Inilah mengapa sulit sekali bagi saya menjawab pertanyaan bagaimana menghindari anak kita agar tidak jadi korban. Pertanyaan ini menunjukkan bahwa si penanya:
1. Tidak punya perkiraan atau mungkin tidak mengetahui bahwa anaknya bukan hanya bisa jadi Korban tetapi juga berpotensi juga jadi Pelaku atau Penonton .
2. Tidak mudah untuk menguraikan dalam satu dua kalimat apa yang saja yang menjadi penyebab berbagai jenis bullying ini seperti yang saya jelaskan di atas, kan?
Langkah sederhana yang saya sarankan segera bisa Anda lakukan adalah sebagai berikut :
a. Menyelamlah kedalam diri & mengembaralah ke masa lalu, lihat apa yang terjadi pada diri Anda dan
b. Selesaikan urusan dengan diri sendiri dan bantu selesaikan urusan masa lalu pasangan Anda!
c. Sepakati : Pengasuhan berdua – Dual parenting
d. Rumuskan ulang Tujuan Pengasuhan dan sepakati. Jalankan- Evaluasi dan Perbaiki. Mengasuh harus punya prinsip. Jangan jadi orang kebanyakan!
e. Pulangkan ayah kerumahnya dan jadikan dia pemimpin yang memegang komando pendidikan agama anak-anaknya. Ayah harus ingat benar bahwa beliaulah yang akan mempertanggung jawabkan iman dan akhlak istri dan anaknya di Mahkamah Allah nanti. Ini juga yang mengharuskan kita mengubah dan memperbaiki pola pengasuhan anak laki-laki kita.
f. Persiapkan anak untuk Baligh. Jangan lupa, bila anak sudah baligh berarti dia sudah Mukallaf: berlaku hukum yang ditentukan Allah atas dirinya dan berarti mereka dewasa muda BUKAN REMAJA! Maka untuk itu apakah cukup persiapannya hanya seminggu?
g. Siapkan anak untuk bijak berteknologi. Anda jangan jadi orang tua yang latah memberikan perangkat teknologi karena orang lain melakukannya pada anaknya. Malu lah kalau jadi orang tua yang malas, cari gampang: agar bisa melanjutkan berkomunikasi dengan teman dan melakukan pekerjaan lainnya kasih saja HP ke anak. Belikan games biar dia asyik dengan HP jadi Anda tidak terganggu.
Mereka bukan saja melihat, belajar dan meniru kekerasan tetapi juga pornografi. Tidakkah sangat mungkin mereka pada usia 7 tahun melakukan sexual bullying seperti dilakukan anak SD kelas 2 di Bekasi yang sudah kita singgung diatas? Selain itu anak itu akan sangat mungkin mengalami disfungsi otak bagian depan karena pornografi yang sudah pasti merusak kemampuan mengendalikan diri, sehingga bisa bertingkah laku seperti binatang. Kalau diumpamakan mobil “REMnya BLONG”
Sungguh hidup adalah pilihan, kita punya hak sepenuhnya untuk melakukan pilihan tapi juga yang harus berani menanggungkan dan menjalani konsekuensinya.
Begitu dululah pembahasan kita tentang Bullying, Insha Allah kalau ada umur dan kesempatan akan kita sambung di lain waktu tentang bagaimana mengenali tanda-tanda apakah anak kita Pelaku, Korban atau Penonton? Apa dampaknya dan bagaimana tipsnya mengatasi Bullying dan menjadi sahabat anak menghadapi Bullying?
Saling doa ya
Salam hangat
Elly Risman
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar