Who Amung Us

Selasa, 27 Agustus 2013

Jadi Ama

Sekarang, sedikit-sedikit dipanggil Ama. Ama, sama levelnya dengan Tante, Bulik, Bibi, Auntie, dsb. Jalan sedikit, ngelirik sedikit, noleh sedikit, nyapa sedikit, eh..ketemu deh sama keponakan.

Ternyata, aku sudah tua..
Jadi makin menyadari, setiap yang bernyawa akan merasakan mati.

Terima kasihku untuk kalian, para pemilik mata penuh binar.
Polos tatapan itu telah mengingatkanku pada usiaku yang berangsur merayap mendekati uzur,
menegurku tentang tumpukan tanggung jawab yang belum tertunaikan,
tentang betapa lalainya aku mempersiapkan hidup baruku selepas kematian yang cepat atau lambat pasti akan menemuiku.

#

imajinasi berkelana:
"Eh, ada Ama.. Assalamu'alaikum Ama!!" <=> "Lik, sampeyan suk bakal mati lho, Lik!"
kemungkinan respon:
"..deu, ini balita satu, sholihah ya Ndhuk.." <=> "..Astaghfirullah, astaghfirullah, ALLAH.."

sudutbiru 270813 20.50

2 komentar:

  1. Ama... Hihi,. Itu bahasa apa ya?
    Nama panggilanku juga kadang jadi Ama, terutama untuk adek-adek yang belum bisa menyebut huruf R dengan jelas :)

    Salam kenal, Ama :)

    BalasHapus
  2. hehehehe,
    entahlah itu bahasa mana.. yang jelas, yang manggil aku 'Ama' itu anak-anak kecil yang tinggal di sekitar Solo Raya aja yang aku kenal, atau ibunya yang lagi ngajarin anaknya manggil Ama (karena si anak masi belom bisa manggil sendiri).
    ...Rata-rata mereka itu anak-anak yang kalau manggil ibunya 'Ummi', ayahnya 'Abi', saudara perempuannya 'Ukhti', saudara laki-lakinya 'Akhi', trus buat tantenya jadi deh dipanggil 'Ama'.
    Secara asal-usul bahasa, aku belum ngerti banyak nih ilmunya. . Jadi maap yha, takut salah, penjelasannya segitu dulu ;)

    'Armae' mbacanya gimana atuh? Seperti halnya ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benarkah?

    BalasHapus