Ngebut Persiapan Menuju Pelaminan
Resensi Buku
Oleh Rie Ramadlani
Data Buku
©
Judul buku : Sebelum Aku Menjadi Istrimu
©
Penulis : Deasylawati Prasetya
©
Penyunting :Mastris Radyamas
©
ISBN : 978-602-8277-71-6
©
Penerbit : Indiva Media Kreasi
©
Tahun terbit :
2013, cetakan I
©
Tebal buku : 224 halaman
©
Ukuran buku : 20 cm
©
Harga buku :
Rp 25.000, 00
“Asyik, bagus, bin lengkap buanget, tapi apa nggak salah judul ya? Ah, yang jelas aku bersyukur nemu buku ini.” Demikian kesan jujur dan spontan yang saya temukan tatkala tuntas membaca buku terbaru Mbak Deasylawati, Sebelum Aku Menjadi Istrimu. Saat memutuskan membacanya, para pembaca mungkin menduga akan menemukan banyak monolog dari sudut pandang si calon istri, dan setidaknya ada keterlibatan dari calon suami di sini. Judul dan desain covernya provokatif, merangsang siapapun yang belum “jadi istri”—dalam level kesiapan apapun—untuk mengintip isinya. Ternyata, buku baru terbitan Indiva ini sarat dimuati tips-tips aplikatif dari sang senior, diperuntukkan bagi calon mempelai yang sudah di detik-detik terakhirnya menjelang naik ke pelaminan.
Tulisan di halaman awal bertajuk “Pemanasan,” gokil dan khasnya Mbak Deasylawati
langsung bisa dikenali. Bab ini merupakan pengantar yang ramah untuk pembaca,
yang sekaligus menujukkan identitas sasaran dari buku ini. Bab pertama diberi
judul “Bersaing dengan Bidadari.” Bagian ini mengandung motivasi implisit untuk
tak ragu lagi menghadapi gerbang pernikahan dan agar para calon istri
bersungguh-sungguh memberikan segala yang terbaik dalam pernikahan nantinya.
Bab 2, “Wanita yang Baik untuk laki-Laki yang Baik,” merupakan kajian sederhana
yang kembali memantapkan pembaca soal pemilihan jodoh. Bab tiganya berjudul
“Ilmu Sebelum Amal,” benar-benar sesak dengan beragam ilmu yang dibekalkan
untuk para pembaca, sangat sayang kalau ada yang sampai terlewatkan. Lalu bab 4
dengan judul “Siap-Siap Action,Yuk!”
berisi persiapan aplikatif mulai dari mendewasakan mental, hingga senam
pranikah dan perawatan khusus menyambut hari bersejarah itu. Bab selanjutnya
adalah “Latihan-Latihan Pendukung,” bekal untuk menjalani kehidupan sehari-hari
sebagai seorang istri. Banyak tips menarik untuk pembaca yang bisa dipelajari
dan langsung dipraktikkan, agar jika tiba saatnya nanti benar-benar jadi istri,
kita sudah terampil. Yang terakhir, bab 6, judulnya “Bismillah, Luruskan Niat.” Inilah penyemangat puncak dari Mbak
Deasy untuk pembaca yang sudah di penghujung masa lajangnya.
Keunggulan buku ini ada pada bobot idenya. Buku-buku pernikahan
yang bertebaran di pasaran banyak yang cenderung menekankan pada motivasinya
semata, sehingga para pembaca terarah pada bayangan indah tentang menikah.
Padahal tidak sedikit keterampilan yang mestinya dikuasai terlebih dahulu
sebelum melangkah ke sana. Terkait analisis penulis, sistematika penyusunan
bab, dan penyajian data terbilang bagus, cukup lengkap dan aplikatif. Bahasa
penyampaian ringan, akrab, dan mudah dipahami, khas-nya penulis. Disamping itu,
perwajahan buku juga menarik, terasa lembut, unik, dan tidak membosankan untuk
dilahap hingga tamat.
Akan tetapi, buku ini juga memiliki kelemahan. Yang pertama,
masih banyak penulisan kata yang salah. Kelemahan kedua adalah pada ilustrasi
dalam, dimana gambar-gambar pemanis hanya ditempatkan di halaman peralihan
antar bab. Padahal, kalau saja hiasan cantik itu ada di seluruh halaman, tentu
penampilan buku akan semakin indah serta menyenangkan untuk dibaca. Ketiga,
judul yang dipakai sebenarnya memikat, tetapi kurang tepat membidik target
audiennya. Pembaca yang dituju sangat spesifik. Ini bagus, sayangnya pembaca
diluar target pembaca utama menjadi “kurang diajak bicara.” Meskipun ilmu yang
terkandung tetap bermanfaat, tetapi bagi pembaca yang membuka buku ini murni karena
kepincut melihat judulnya, terasa
benar bahwa tulisan ini sedang berbicara dengan orang lain. Efeknya, bisa jadi
ada sebagian orang yang telah membaca bagian awalnya kemudian menutup lagi sang
buku karena mengira belum saatnya buku ini dia baca.
“Menjadi seorang istri berarti
membuka peluang lebih besar bagi seorang wanita untuk bisa masuk surga daripada
sekedar menjadi seorang jomblowati.” Kata-kata motivatif
tersebut ada di lembar-lembar terakhir buku pernikahan islami ini. Tema
pernikahan memang selalu hangat dan banyak dicari. Wanita di akhir usia belasan
hingga mendekati kepala tiga bahkan lebih, pasti memikirkan tentang nikah. Ada
yang masih ragu-ragu atau malu-malu, ada juga yang mantap dan telah
berkeinginan begitu kuat. Yang pasti, Deasylawati memenuhi kebutuhan pembaca
akan suplemen pranikah islami yang ringan namun bernas.
Buku ini penting dibaca oleh calon pengantin muslimah manapun,
baik yang sudah merasa sangat siap (tapi tidak sedikit yang nyatanya cuma bermodal nekat) maupun yang
terkadang hadir lagi di hatinya percik-percik keraguan atau bayang-bayang
ketidaksiapan. Meskipun begitu, tidak ada ruginya bagi yang baru dalam taraf
“ingin” menikah untuk mengorek isinya sampai tuntas. Beragam tips yang termuat
dalam buku ini sangat perlu untuk diketahui sedari dini. Sebab, mempersiapkan
diri itu butuh proses. Membaca (dan
tentunya mempraktekkan isi) buku ini sama artinya dengan selangkah lebih
maju menuju kata siap. Baiklah, singkat kata, selamat membaca!