Who Amung Us

Minggu, 22 Desember 2013

Ngebut Persiapan Menuju Pelaminan





Ngebut Persiapan Menuju Pelaminan
Resensi Buku
Oleh Rie Ramadlani



Data Buku

©                  Judul buku         : Sebelum Aku Menjadi Istrimu
©                  Penulis               : Deasylawati Prasetya
©                  Penyunting         :Mastris Radyamas
©                  ISBN                 : 978-602-8277-71-6
©                  Penerbit             : Indiva Media Kreasi
©                  Tahun terbit        : 2013, cetakan I
©                  Tebal buku         : 224 halaman
©                  Ukuran buku       : 20 cm
©                  Harga buku        : Rp 25.000, 00



“Asyik, bagus, bin lengkap buanget, tapi apa nggak salah judul ya? Ah, yang jelas aku bersyukur nemu buku ini.” Demikian kesan jujur dan spontan yang saya temukan tatkala tuntas membaca buku terbaru Mbak Deasylawati, Sebelum Aku Menjadi Istrimu. Saat memutuskan membacanya, para pembaca mungkin menduga akan menemukan banyak monolog dari sudut pandang si calon istri, dan setidaknya ada keterlibatan dari calon suami di sini. Judul dan desain covernya provokatif, merangsang siapapun yang belum “jadi istri”—dalam level kesiapan apapun—untuk mengintip isinya. Ternyata, buku baru terbitan Indiva ini sarat dimuati tips-tips aplikatif dari sang senior, diperuntukkan bagi calon mempelai yang sudah di detik-detik terakhirnya menjelang naik ke pelaminan.

Tulisan di halaman awal bertajuk “Pemanasan,” gokil dan khasnya Mbak Deasylawati langsung bisa dikenali. Bab ini merupakan pengantar yang ramah untuk pembaca, yang sekaligus menujukkan identitas sasaran dari buku ini. Bab pertama diberi judul “Bersaing dengan Bidadari.” Bagian ini mengandung motivasi implisit untuk tak ragu lagi menghadapi gerbang pernikahan dan agar para calon istri bersungguh-sungguh memberikan segala yang terbaik dalam pernikahan nantinya. Bab 2, “Wanita yang Baik untuk laki-Laki yang Baik,” merupakan kajian sederhana yang kembali memantapkan pembaca soal pemilihan jodoh. Bab tiganya berjudul “Ilmu Sebelum Amal,” benar-benar sesak dengan beragam ilmu yang dibekalkan untuk para pembaca, sangat sayang kalau ada yang sampai terlewatkan. Lalu bab 4 dengan judul “Siap-Siap Action,Yuk!” berisi persiapan aplikatif mulai dari mendewasakan mental, hingga senam pranikah dan perawatan khusus menyambut hari bersejarah itu. Bab selanjutnya adalah “Latihan-Latihan Pendukung,” bekal untuk menjalani kehidupan sehari-hari sebagai seorang istri. Banyak tips menarik untuk pembaca yang bisa dipelajari dan langsung dipraktikkan, agar jika tiba saatnya nanti benar-benar jadi istri, kita sudah terampil. Yang terakhir, bab 6, judulnya “Bismillah, Luruskan Niat.” Inilah penyemangat puncak dari Mbak Deasy untuk pembaca yang sudah di penghujung masa lajangnya.

Keunggulan buku ini ada pada bobot idenya. Buku-buku pernikahan yang bertebaran di pasaran banyak yang cenderung menekankan pada motivasinya semata, sehingga para pembaca terarah pada bayangan indah tentang menikah. Padahal tidak sedikit keterampilan yang mestinya dikuasai terlebih dahulu sebelum melangkah ke sana. Terkait analisis penulis, sistematika penyusunan bab, dan penyajian data terbilang bagus, cukup lengkap dan aplikatif. Bahasa penyampaian ringan, akrab, dan mudah dipahami, khas-nya penulis. Disamping itu, perwajahan buku juga menarik, terasa lembut, unik, dan tidak membosankan untuk dilahap hingga tamat.

Akan tetapi, buku ini juga memiliki kelemahan. Yang pertama, masih banyak penulisan kata yang salah. Kelemahan kedua adalah pada ilustrasi dalam, dimana gambar-gambar pemanis hanya ditempatkan di halaman peralihan antar bab. Padahal, kalau saja hiasan cantik itu ada di seluruh halaman, tentu penampilan buku akan semakin indah serta menyenangkan untuk dibaca. Ketiga, judul yang dipakai sebenarnya memikat, tetapi kurang tepat membidik target audiennya. Pembaca yang dituju sangat spesifik. Ini bagus, sayangnya pembaca diluar target pembaca utama menjadi “kurang diajak bicara.” Meskipun ilmu yang terkandung tetap bermanfaat, tetapi bagi pembaca yang membuka buku ini murni karena kepincut melihat judulnya, terasa benar bahwa tulisan ini sedang berbicara dengan orang lain. Efeknya, bisa jadi ada sebagian orang yang telah membaca bagian awalnya kemudian menutup lagi sang buku karena mengira belum saatnya buku ini dia baca.

“Menjadi seorang istri berarti membuka peluang lebih besar bagi seorang wanita untuk bisa masuk surga daripada sekedar menjadi seorang jomblowati.” Kata-kata motivatif tersebut ada di lembar-lembar terakhir buku pernikahan islami ini. Tema pernikahan memang selalu hangat dan banyak dicari. Wanita di akhir usia belasan hingga mendekati kepala tiga bahkan lebih, pasti memikirkan tentang nikah. Ada yang masih ragu-ragu atau malu-malu, ada juga yang mantap dan telah berkeinginan begitu kuat. Yang pasti, Deasylawati memenuhi kebutuhan pembaca akan suplemen pranikah islami yang ringan namun bernas.

Buku ini penting dibaca oleh calon pengantin muslimah manapun, baik yang sudah merasa sangat siap (tapi tidak sedikit yang nyatanya cuma bermodal nekat) maupun yang terkadang hadir lagi di hatinya percik-percik keraguan atau bayang-bayang ketidaksiapan. Meskipun begitu, tidak ada ruginya bagi yang baru dalam taraf “ingin” menikah untuk mengorek isinya sampai tuntas. Beragam tips yang termuat dalam buku ini sangat perlu untuk diketahui sedari dini. Sebab, mempersiapkan diri itu butuh proses. Membaca (dan tentunya mempraktekkan isi) buku ini sama artinya dengan selangkah lebih maju menuju kata siap. Baiklah, singkat kata, selamat membaca!

Rabu, 11 Desember 2013

Pelajaran dari Cepus

Satu lagi aksi si Cepus pagi ini. Aku sedang asyik bersama sekelumbruk baju kotor, Cepus khusyuk menontonku yang lagi nyuci dengan tenang. Lalu kami kedatangan tamu. Sekeluarga ayam numpang mengais rizki di pekarangan kami. Cepus pun diam-diam meninggalkanku dan mendekati rombongan ayam itu.

Tiba-tiba saja dia sudah mulai bermain dengan anak-anak ayam. Dapat sahabat baru cuy, batinku. Tapi yah, aku tidak tahu persis, mungkin saja dalam hati Cepus berniat memakan mereka nanti.

Namun tak lama berselang, induk ayam dengan sayap terkembang menghadang si Cepus yang tengah bermain di dekat anak-anaknya. Wah, seketika itu juga, begitu menemukan sahabat baru, Cepus pun mendapat musuh baru :D

***

Memang beginilah hidup. Kita akan terus berjumpa hal-hal baru di setiap lembar harinya. Selalu ada sahabat-sahabat baru, kisah-kisah baru, masalah-masalah baru, keindahan-keindahan baru, kebahagiaan-kebahagiaan baru, kesedihan-kesedihan baru, dan petualangan-petualangan baru..
Tapi yang pasti, bingkainya cukuplah satu: hari ini harus lebih baik dari hari yang telah lalu.


Lagu "WOW"

Aku senang, aku senang.. tapi bingung, aku bingung...
Aku senang, aku senang.. tapi heran, aku heran...


(Ikan, Laron, Semut--Fatih Acapella)

dan akupun bertanya pada semua ikan di kolam
tiadakah kau bosan di situ
dan diapun menjawab tiada bosan walau berada di tempat sekecil ini
karena ku di sini setiap hari bersama Tuhanku

dan akupun bertanya pada  laron2 beterbangan
buat apa kau hidup semalam?
dan diapun menjawab tiada tersia walau hanya semalam aku hidup di dunia
karena dalam semalam aku hidup, kusebut Tuhan-ku

dan akupun bertanya pada semut-semut di sarangnya
tidakkah kau merasa lelah bekerja
dan diapun menjawab tiada lelah walau sepanjang hidup aku terus bekerja
karena setiap saat dalam bekerja bersama Tuhan-ku

***