Who Amung Us

Minggu, 24 Juli 2022

Kontemplasi Konselor Pemula

 

Allah memperjalankan orang-orang untuk menemui kita. Mereka ceritakan persoalan hidup yang membelit diri mereka. Mereka berharap dengan bertemu kita, mereka akan menemukan solusi atau minimal merasa lebih baik.


Aku amat bersyukur karenanya. Ada peluang kebaikan di sana. Tapi di balik itu semua, ada lagi hal besar yang baru  kusadari sejak konseling terakhir kemarin menjelang senja. 


Rasa-rasanya, kok akhir-akhir ini banyak sekali Allah pertemukan aku dengan orang orang yang punya masalah sebagaimana masalah-masalah yang pernah ku alami dulu. Masalah-masalah yang belum selesai. Masalah yang aku masih tak tahu harus bagaimana. Masalah yang membuat dada sesak dan hati gundah jika mengingatnya.


Pada pertemuan pertama dengan mereka, aku termangu. Aku seperti mendengar orang orang itu menceritakan kisah hidupku sendiri. Aku diam mendengarkan. Ada berupa-rupa rasa campur aduk yang bergejolak di hati ini. Aku merasa senasib dengan mereka. Aku merasa bukan aku sendirian yang menanggung derita-derita itu. Aku merasa ikut bingung. Aku teringat perasaan perasaan tidak menyenangkan yang pernah ku alami dulu, yang mereka ceritakan sedang mereka alami itu. Aku merasa harus bangkit. Aku merasa harus menolong. Aku merasa harus belajar. Aku merasa tidak boleh diam saja. Aku merasa, inilah kesempatan bagus untuk ku, mencari penyelesaian atas masalahku sendiri kala itu, dengan cara membantu mereka menemukan penyelesaian atas masalahnya.


Dengan berjuang membantu mereka, rupanya sejatinya aku sedang membantu diriku sendiri. Untuk sembuh. Untuk pulih. Untuk bangkit. Untuk meng-utuh kembali. Untuk selesai dengan diriku sendiri.


Ternyata healing itu bisa seiring sejalan, antara self healing dan healing others. Mungkin aku belum sempurna saat mereka datang padaku. Aku kadang masih banyak terdiam. Berpikir dan merenung lama sebelum mengeluarkan kata-kata. Merespon dengan amat sangat hati-hati sekali, karena beresiko salah ucap jika aku sembarang saja berkomentar. Tapi setidaknya, aku merasa, dengan niat baikku menyambut mereka, menerima mereka, dan berusaha membantu mereka, dengan itu pula Allah bukakan jalan padaku untuk menyelesaikan apa-apa yang belum tuntas di masa lalu. 


Idealnya, kita sudah selesai dulu dengan diri kita sebelum kita bisa melihat, menyadari, berempati, dan menolong orang lain. Tapi bukankah jika panggilan tugas itu datang, kita harus bersegera menyambutnya? Sambil berharap, Allah yang bantu, Allah yang bukakan jalan, Allah yang tuntun dan selesaikan. Meskipun bisa jadi ada fakta bahwa saat itu kita sendiri belum beres.


Mungkin aku tidak sempurna, dan memang tidak akan pernah sempurna, karena aku hanya manusia. Tapi seiring waktu, aku akan terus belajar, akan terus berusaha lebih baik, dan semoga, Husnul khatimah layak aku temui kelak. Aamiin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar