Who Amung Us

Sabtu, 01 Januari 2022

Catatan Raker semester genap tahun ajaran 2021-2022

 

Komitmen ku:


- Bikin jurnal layanan BK lagi. Ditambah kolom Evaluasi proses

- Rajin ngecek jurnal kelas setiap pekan!

- Presensi jam 7 & 15









Jika ditanya berapa persen waktu dan perhatian ku untuk IF, untuk dakwah..

Aku hanya butuh waktu untuk tidur, makan, mandi, telepon keluarga 2 jam dalam seminggu, dan pulang untuk kontrol 1 hari dalam setiap bulan. Ditambah sedikit waktu untuk healing, refreshing, katakanlah dirata-rata jadi 30 menit setiap hari.


Hanya itu me time ku. Selebihnya adalah untuk bergerak. Berlari hingga kelelahan itu yang lelah mengejar ku.


Ya Allah, tempat ini adalah tempat terbaik berikutnya yang kau letakkan aku di dalamnya. Di sinilah aku mulai belajar punya harga diri. Setelah di sinilah, lemariku mulai terisi baju-baju pilihan ku sendiri. Meskipun tidak langsung, butuh proses, yang mengandung unsur waktu.


Teringat dulu, selalu Ibuk yang membelikan baju untuk ku, setiap tahun sekali, beberapa bulan sebelum lebaran idul Fitri, dengan trik ala bakul itu. Baju-baju berkualitas dengan harga yang menerbitkan senyum, meskipun kadang modelnya aku kurang suka, tidak sesuai selera anak muda.


Teringat juga saat aku mulai hidup sendiri. Solo. Betapa awal aku hijrah itu, nyaris tidak ada baju yang bukan pemberian orang. Baju bekas dari kakak tingkat, sobat, yang sekarang sudah pada jadi Ummahat. Pengecualian hanya 2: 1 jilbab putih motif tulip pink, hadiah dari Phy, permata mungil yang Allah karuniakan untuk ku. Jilbab, yang saat itu super hitz di kalangan para akhwat modis. 2: seperangkat mukena dan sajadah, yang disalurkan oleh sahabat yang sering jadi tempat menginap ku kalau kemalaman pulang ngelesi. Tempat numpang, tempat healing, tempat dimana aku selalu diladeni (seperti ibuku, dia sangat tulus memuliakan tamu), tempat aku belajar keperempuanan yang nyata dan realistis. Alat Sholat itu sedekah ramadhan dalam rangka syukuran dari kakak tingkat nya sahabat ku itu yang baru saja keterima CPNS. Mukena jumputan warna ungu-ijo, sajadah traveling warna merah. Sajadah yang ketinggalan di salah satu masjid saat acara dakwah entah apa aku lupa. Mukena Bali yang masih ada sampai sekarang, hanya saja sudah bolong-bolong, aus kemakan usia.


Yah, awal di sini pun aku masih diberi baju bekas orang baik.. yang melihatku mungkin terlalu sering baju itu saja yang dipakai. 


Tapi setelah beberapa tahun di sini, aku punya pemasukan yang cukup untuk sekedar beli tisu, beli gamis baru yang menarik karena tampaknya nyaman dan aku suka entah warnanya, modelnya, ukurannya, atau semuanya. Juga beli jilbab yang diserasikan sama bajunya. Jilbab yang sesuai dengan seleraku: bahannya, warnanya, modelnya, ukurannya, harganya. Dan bisa kujual juga!


Di sinilah aku punya tempat untuk menyalurkan segala potensiku.. perhatian ku.. minat dan bakat ku.. keresahan ku.. dan segalanya.


Ya Allah, rasanya aku ingin mati di sini, dikuburkan di sini.. di tanah yang pernah ku impikan secara random jadi hunian ku ini. Di tanah yang cukup berjarak dari tempat lahir ku, sehingga ada hitungan pahala merantau/hijrah. Di tanah yang penuh dengan orang orang yang menyayangi ku, meskipun beda dengan sayang nya orang tua ku. Di tanah yang aku dinilai baik di sini, tidak selalu salah dan berdosa.


Agar keluarga ku kelak punya alasan untuk silaturahmi ke sini, minimal untuk menziarahi ku sesekali. Agar mereka terhubung dengan kami di sini. Meski tidak harus lewat aku langsung, karena Engkau lebih Tahu jalan terbaik untuk mereka.


Selamat tinggal Solo. Aku maafkan. Aku ridho. 5 tahun lebih ini sudah cukup bagiku untuk memulihkan diri. Aku sudah berdamai dengan semuanya. Aku sudah berada di tempat yang lebih baik sekarang. Terima kasih telah menjadi kawah candradimuka ku, mengubah seorang Rie menjadi jauh lebih baik, jauh lebih mengenal Tuhannya, dan punya banyak teman yang satu frekuensi. Segores luka hati tidak perlu mengurangi manisnya ukhuwah. Setitik kecewa pada manusia, tidak perlu mengubah takdzimku pada tarbiyah.


Kita adalah kumpulan manusia. Manusia tempatnya salah. Memang tidak ada yang sempurna kecuali hanya Allah.


Satu yang biar kupegang, sebagaimana kata itu pertama kali ku susun dulu: kalau aku diam, dan engkau juga diam, lalu kapan mereka yang tidak tahu, mengetahui kebenaran?


Tidak ada lagi gelenyar galau saat mengatakan ini. Selamat tinggal ku ucapkan pada segenap luka hati. Selamat tinggal untuk semua pengalaman pahit yang mengajarkan aku menjadi manusia seutuhnya. Kuambil hikmahnya, kubuang sakitnya. 


Bismillah... Aku siap menjadi Rie yang baru. Rie yang tulus tapi asertif. Rie yang ceria tapi bisa menempatkan diri. Rie yang ramah tapi tegas. Rie yang bermanfaat, tapi bukan untuk dimanfaatkan. Rie yang muslimah. Rie yang pendakwah. Rie yang Konselor. Rie yang selalu punya mimpi, bersemangat mewujudkannya, namun tetap menjejak bumi. Rie, yang dengan kekuatan dari Allah, siap berkontribusi penuh. Insyaallah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar