Who Amung Us

Sabtu, 31 Juli 2021

Sekali-kalinya Datang ke Nikahan Sodara

Memang ya. Tidak baik berkomentar seenaknya dan setahunya tentang keluarga, ataupun mantan keluarga orang lain. Dampaknya bisa fatal. Kita menyimpulkan, hanya sebatas secuil kulit luar nya saja. Padahal kulit itu masih lebar sekali, masih belum daging dan tulangnya.

Baru aku tahu, rasanya mendengar komentar orang yang sok tahu itu sakitnya seperti ini. Baru aku mengalami, lidah tak bertulang itu segininya menyakiti. Aku terlalu polos sebelum ini. Dan duniaku biasanya terlalu indah, tidak mencerminkan dunia nyata yang wajar saat ini.

Ah, wajar? Aku tidak mau mewajarkan sebuah kesalahan. Salah ya tetep salah. Semoga Allah lindungi aku, Allah jaga aku, agar aku jangan sampai menyakiti orang lain dengan lidahku.

Rabu, 28 Juli 2021

Aku Rindu Edelweiss dalam Diri ku

A Brand New Habit

Aku sedang mencoba memulai kebiasaan positif baru: membuat list Agenda Prioritas pekanan dan harian. Sudah ku mulai sejak Senin kemarin. 

Aku ingin mencoba menilai pencapaian ku sendiri. Selama ini kukira aku sudah hebat. Padahal banyak sekali batu-batu kecil yang terabaikan pada kenyataannya. Aku terlalu cuek pada lingkungan, dan terlalu fokus pada apa yang sedang ada di pikiran ku, batu-batu yang ku anggap besar itu. Akibatnya, aku tidak seimbang, belum bisa tuntas dalam kehidupan. Terlihat tidak mandiri, berantakan, egois, dan kurang peduli.

Fatal. Semua itu justru diri ideal ku. Kalau itu semua negatif, otomatis kalau dibiarkan terus terusan, citra diri ku akan jadi negatif. Padahal sebagian orang mengenal ku sebagai sosok pembelajar lah, semangat lah, prestatif lah, percaya diri lah. Mereka tidak tahu dalam dalamnya aku.

Sudah setahun ini Bu Asfi mendorong ku untuk melakukan ini. Kebiasaan positif membuat daftar agenda harian. Tapi kendalanya karena pakai buku agenda batik gelatik gitu, mana guedhe. Sering suka ketlisut, lupa, ketinggalan, dan sebagainya.

Tapi aku lihat-lihat, sejak awal kuliah, Lili adikku suka melakukan ini juga. Tapi lebih canggih. Dia pakai note HP. Kalau ada agenda mendadak, tinggal diselipkan di tengah-tengah. Kalau sudah terlaksana, tinggal dicoret/dikasih tanda. Langsung terasa gitu evaluasi diri nya.

Eh kemarin kok tiba-tiba aku tergerak membuat juga. Dan lalu setelah membuat list, kok rasanya puas dan tertantang. Kemudian aku menetapkan nya sebagai habit baru ku. Insyaallah. 

Semoga lancar, Istiqomah, dan berdampak positif.

Sabtu, 24 Juli 2021

Lelah Kami Lunas: Tugas Kedua Psikologi Perkembangan

 Makasih ya Allah.. jerih payah kami terbayar lunas. 


Terima kasih atas nikmat teman kelompok tugas yang asyik dan bisa diajak kerja sama betulan. Terima kasih untuk malam-malam produktif yang menyita banyak jam tidur. Terima kasih. Aku merasa hidup. Aku merasa berarti. Asyik sekali mengerjakan tugas ini.


Dan segala puji hanya bagi Mu, di akhir presentasi, dapat apresiasi dong dari Bu Hanifah dosen favorit ku. Katanya pasangan tim 4A dan 4B ini yang paling lengkap kontennya, padat ilmu, dan kritis telaah nya, dibandingkan dengan kelompok kelompok yang sudah presentasi kemarin kemarin. Dan kelompok 5 pekan depan diminta meneladani kami.


Uuuh ya Allah, rasanya legaaaa.. Totalitas nya kami mengerjakan tugas ini, rupanya Engkau beri hasil terbaik. Aku langsung mengabaikan 3 temanku yang sambil presentasi sempat cekikikan menertawai dirinya sendiri. Dan 2 teman lain yang nggak kebagian waktu untuk mempresentasikan hasil observasi yang 5 responden lagi.


Ariva paling responsif, bertanggung jawab atas makalah.


Isma juga aktif sekali, bersama Nadya (Nadya awalnya tidak terlalu sering muncul di grup, tapi menjalani tugas secara japri, mungkin awal-awal masih pemalu) bertanggungjawab mencarikan materi/referensi untuk konten makalah.


Lia responsif, bertanggung jawab atas slide presentasi. 

Ini bagian paling bikin deg2an, bisa selesai tepat waktu atau tidak. Soalnya makalah nya juga jadinya mepet. Lembur semalaman mereka.


Aku aktif bagian yang memancing respon teman-teman sejak jauh-jauh hari, ngopyak-opyak setiap progres, dan bertanggung jawab atas observasi 4 orang dewasa awal. Sebenarnya awalnya ada 5 calon responden, tapi yang 1 telat banget merespon, sudah mulai dipresentasikan, eh dia baru mulai menjawab 1 demi 1 pertanyaan wawancara ku.


Shibaa responsif, bertanggungjawab atas observasi 2 responden dewasa madya. Masyaallah sekali, lagi ngga ada laptop, dia tulis tangan dong laporan nya. Ketika menyadari bentuk laporan nya kurang sesuai dengan format yang diminta, dia revisi dong. Tulis tangan lagi, dengan amat rapi. Total 6 halaman buku tulis. Setelah itu Isma yang bantu mengalihmediakan laporan Shibaa.


Anisa agak telat respon, sudah menjelang deadline baru buka grup tugas. Tapi setelah itu langsung aktif sekali. Dia sukses bertanggungjawab atas observasi 1 responden perempuan yang anaknya banyak. Dalam waktu yang sangat terbatas. Dan dia yang bikin rapat fiksasi pembagian tugas presentasi kami jadi efektif dan cepat clear.


Terima kasih Ya Allah. Tugas kali ini sungguh memberi ku pengalaman untuk belajar bekerja sama dengan efektif. Kelompok kami leaderless, tapi bisa kerjasama efektif dengan hasil outstanding. Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. Semoga di kehidupan nyata di tengah masyarakat, aku bisa menerapkan ini juga. Dan di kehidupan rumah tangga kelak, semoga lebih baik lagi daripada ini.

Btw tugasnya adalah: menyusun makalah tentang karakteristik dan tugas perkembangan masa dewasa awal dan dewasa madya, observasi minimal 3 orang responden sesuai rentang usia yang diminta, lalu membandingkan hasil observasi itu dengan teori di makalah; dipresentasikan. Seru!

Kamis, 22 Juli 2021

Idul Adha Paling Bahagia

Sejauh ingatanku, Idul Adha kali ini, 1442 H, adalah hari raya paling bahagia untuk ku. Baru sekarang aku merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya pada sebuah hari raya. Sebagai seorang individu mandiri. Yah, mungkin dalam beberapa hal, aku memang terlambat dewasa.

Idul Adha biasanya bagiku identik dengan capek, pagi-pagi harus pakai baju bagus, jalan jauh ke masjid Jami, ngelewatin rumah rumah orang tak dikenal; ketemu banyak orang tak dikenal; kerja bakti bersama ibu-ibu yang pasti disambi ghibah, ghibahin orang yang tak kukenal pula; makan bersama warga dengan menu daging yang dimasak jadi menu yang tidak kusukai: gulai; bau daging di mana mana, dapur nglinyit, cucian piring semuuua gupak lemak daging; gajih yang disimpan sampai lama; ngobori kompor tungku kayu api, lama sekali; kulkas bau nauzubillah; tempat sampah lebih kotor dari biasanya; repot sekali Bapak-Ibuk masak daging macam-macam yang aku nggak ngerti gimana cara bantunya, dan jijik juga ngebayangin ngolahnya; makan enak memang, menu daging, tapi harus nasinya banyak dengan lauk sedikit sedikit supaya hemat, supaya serumah semua kebagian dan tahan untuk beberapa hari.

Semuanya kesannya negatif. Dan aku menjalani semuanya masih sebatas bentuk rasa tanggung jawab ku sebagai anggota masyarakat. Bukan sebuah kesyukuran, kebahagiaan, dan perayaan yang aku sendiri menikmatinya.

Baru kali ini, aku merayakan Idul Adha dari hati. Bahagia itu baru muncul di hatiku sendiri.

Ya Allah, aku baru sekarang bersyukur pernah punya keluarga lengkap, dengan jumlah anggota keluarga banyak: 8 orang. Baru sekarang aku menyadari nikmatnya makan berbagi, sedikit sedikit yang penting rata. Baru sekarang aku menyadari betapa repotnya Bapak-Ibuk masakin berbagai menu daging yang menyesuaikan selera setiap anaknya. Betapa nikmatnya makan sate goreng dengan potongan kuecil-kuecil sesendok sayur mungil, untuk nasi sepiring besar, tapi makan bersama, bapak ibuk aku dan 5 adik.

Aku dulu, yang jijikan itu, tidak pernah membayangkan kalau suatu saat di masa depan, Bapak dan Ibuk ku akan berpisah. Aku juga tidak pernah kepikiran kalau di usianya yang masih sangat muda, adikku sudah akan berpulang duluan menghadap Nya. Aku tidak pernah mengira sebelumnya, di suatu hari raya, yakni tahun ini, keluarga kami akan terpencar sekian jauhnya. Bapak di Klaten sama Lia dan Pipi, Ibuk di Blitar sama suami barunya, aku di pondok IF Mungkid Magelang, Yayik di alam kubur (allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu), Mama memilih lembur di Tangerang, dan Lili dengan segudang kesibukannya di Jogja.

Tapi Ya Allah, baru sekarang juga aku merasakan senangnya keluar dari isolasi mandiri, dan diperbolehkan kembali bertemu dengan manusia sehat, tepat pada hari raya. Boleh shalat Ied, meskipun aku malah datang terlambat karena miskomunikasi. Sampai di lokasi, pada jam yang disebutkan Pak Mudhir pondok di grup, eh lha kok sudah khutbah. Jadinya cuman berdiri di luar ndengerin khutbah, jaga jarak dari ibu-ibu yang lagi haid sambil momong anak (karena Aku masih baruuuuu banget keluar dari area isolasi. Masih harus diwaspadai).

Baru sekarang aku merasakan senangnya hari H Idul Adha nyate bareng temen temen pengasuh dan musyrifah; mulai dari nyuci daging, motong2, sampai ngipasin sate di panggangan arang. Baru sekarang aku puas makan sate sampai kenyang. Biasanya dijatah, lima-enam tusuk sate kambing setahun sekali, dibagi untuk dua kali jadwal makan. Jadi makan sepiring besar nasi dengan dua atau tiga tusuk sate. Sekarang aku bisa makan sate banyak, selain bikinan kami sendiri, juga ngincipin sate bikinan anak-anak yang dilombakan; tanpa nasi bahkan, itu saja bisa sampai kekenyangan.

Baru sekarang, aku merasakan senangnya kerjasama ngurusin qurban di hari tasyrik Pertama. Aku nggak modal apa-apa, cuman bantu megangin daging, temen yang ngirisin misahin koyor nya. Bantu-bantu masukin ke plastik, nimbang, lalu mbungkus pakai plastik luar yang berlabel yayasan. Senangnya bisa ketemu teman-teman karyawan yang jarang ketemu karena beda unit, tapi aku kenal dan aku tahu persis hubungan di antara kami. Kerjasama yang lebih banyak tangan yang kerja dibandingkan mulutnya. Canda-canda sederhana sesekali yang meringankan capek di badan.

Baru sekarang juga, hari tasyrik kedua, aku memilih terjun ke area "jerohan" sapi. Bagian tersulit di antara berbagai opsi yang bisa ku ambil. Geli sendiri karena ngga bisa ngasah pisau, ngga berhasil motong koyor. Akhirnya dikasih job yang gampang, masukin jerohan ke plastik. Kujalani sepenuh hati, memastikan komposisi koyor, gajih, ati, jantung, paru, dan kerongkongan lengkap di setiap plastik nya. Sambil sepenuh tenaga ngebarisin plastik jerohan biar gampang ngitungnya. Berusaha mengimbangi gesitnya guru Ikhwan yang nanganin pemotongan koyor dan gajih, yang posisinya tepat di depan ku. Lalu tiba-tiba aku ngos-ngosan. Apa kayak gitu tadi ya yang namanya sesak nafas? Aku pun berhenti sejenak menormalkan badan. Tapi kemudian, area kerjaku tadi sekarang tidak muat lagi. Lalu aku ganti job lagi: mbukain plastik wkwkwk. Lucu sekali. Satu-satunya keahlian ku hari ini, di area jihad pemotongan dan pengemasan jerohan, adalah mbukain plastik! Sama ngebarisin dan ngitungin jerohan terkemas. Tapi aku tahu, kontribusi ku tadi lumayan mengefektifkan pekerjaan. Dan kesadaran ini membuat ku bahagia. Aku merasa berharga. Walaupun setelahnya, sekarang aku sakit, meriang nggreges-nggreges. Kecapekan, keringetan, masuk angin, dan sepertinya, kolesterol naik.

Baru kali ini, rasanya bahagia betulan dapat daging, hasil kerja keras mbagi sebelumnya. Banyak, dan masih bingung mau diapakan. Tapi senang. Jerih payahnya terbayar lunas. Dan di hati tuh rasanya puas.

Terima kasih Ya Allah atas idul Adha 1442 H kali ini. Hari raya betulan. Makan-makan enak beneran! Alhamdulillah bini'matihi tatimus Shalihaat..

Kamis, 15 Juli 2021

Isoman Hari ke 6 di Yayasan

Allahumma inni as-alukal Huda, wat-Tuqa wal 'afafa wal ghina


Ya Allah Rabbi, nama itu melintas lagi. Masih. Lagi-lagi.

Sampai kapankah ini harus terus ku alami? Ini menyiksa diri ku sendiri.

Ya Allah, aku mohon perlindungan dari nafsu ku sendiri. Aku mohon ampun dari pikiran-pikiran yang merusak hati. Aku mohon jalan keluar terbaik dari perangkap perasaan yang menipu ini.

Sudah cukup aku buang waktu, energi, air mata, dan segalanya, untuk dia yang bukan siapa-siapa. Berikanlah yang terbaik untuk nya, dan gantikanlah yang lebih baik lagi untuk ku, Ya Allah.

Ini semua melelahkan. Penantian dan kekosongan ini sudah sangat panjang. Engkau saksinya, aku habiskan waktu yang ku luangkan, khusus untuk mempersiapkan. Tapi kenapa masih bayangannya saja yang datang?

Aku memang lemah Ya Allah. Aku memang bodoh. Aku memang naif.

Ujian ini berat sekali Ya Allah. Mohon luluskan aku. Luluskan, dan naikkan derajat ku, Ya Allah. Gantikan segala yang memerihkan ini dengan pahala yang banyak. Dengan kebaikan yang besar di masa depan ku nanti.

Allahumma inni as-alukal Huda wat-Tuqa wal 'afafa wal ghina

Engkau saksinya Ya Rabb, betapa aku berusaha menjaga. Engkaulah saksi ku Ya Allah. Dan Engkaulah penjaga ku. Jaga aku Ya Allah. Lindungi hatiku dari segala yang merusaknya, dari segala hal yang mengganggunya.

Allahumma inni as-alukal Huda wat-Tuqa wal'afafa wal ghina. Aamiin.