Ya Allah, aku ingin cerita. Tadi pertemuan pekanan ku membahas pintu Ar-Royyan. Dengar nama pintu itu, aku langsung pingin cerita sama Engkau ya Allah. Nama pintu itu mengingatkan ku pada pesantren mahasiswa Ar-Royyan.
Aku ingin sembuh ya Allah. Aku ingin utuh. Izinkan aku menyelesaikan nya sekarang.
Aku dulu pernah kepingin sekali mondok di Pesma Ar-Royyan.
Awal ketika baru masuk UNS, cari kos, aku belum kenal lingkungan, nggak tahu apa itu Pesma Ar-Royyan. Saat pertama aku bertemu Wisma Khotimah, aku langsung suka, karena orang-orangnya baik, kosnya bersih, budaya kehidupan di sana menyenangkan. Aku memutuskan lanjut kos di situ setelah sempat ngerasain tester menginap seminggu selama OSMARU. Bapak menyetujui saja keputusan ku. Kos dibayar lunas untuk satu tahun. 2 juta kala itu.
Beberapa bulan berjalan di Solo, aku mulai kenal Musholla Al Quds Fisip, Masjid Nurul Huda, Masjid Nurul Amal depan kosan, dan, pesantren mahasiswa Ar-Royyan. Aku jatuh cinta pada semuanya, termasuk yang terakhir.
Tapi ya Allah, kosku sudah dibayar. Mahal sekali. Ditambah dengan uang kuliah 1,2 juta satu semester, dan biaya hidup 200 ribu per bulan. Alangkah banyak uang keluarga kami yang tersedot untuk keperluan ku.
Dan celakanya, jadwal penerimaan mahasantri Pesma Ar-Royyan itu tidak sinkron dengan pembaruan pembayaran kontrakan kami di Wisma Khotimah. Setiap tahun, aku terlanjur memperpanjang masa tinggal di Khotimah, 4 tahun berturut-turut. Baru kemudian liat spanduk penerimaan mahasantri Pesma Ar-Royyan. Terlambat, selalu. Begitulah rezeki ku.
Ya Allah, aku bersyukur, aku berterima kasih sekali atas rezeki Mu, bisa hidup di tempat sebaik Khotimah. Aku pernah punya kamar sendiri! Aku jadi paling rajin sholat 5 waktu, mengenal ibadah sunnah, belajar jadi imam, belajar ngepel, latihan membuang jijik dengan mengurus sampah, menguras WC, jadi semangat ke kajian, rajin mengasah akal, lisan, dan wawasan bersama Mb Asri, Mbak Anggi, Mbak Novi, Mbak Ika, Mbak Cikuy, Mb Farisda, dkk, dalam diskusi rutin kami malam hari sepulang aktivitas harian di kampus yang menguras segalanya. Shalat-shalat jama'ah kami, saling membangunkan di pagi hari, izin khusus dari takmiroh untukku bisa pulang lebih malam guna belajar tahsin dan bahasa Arab. Aku beruntung sekali ya Allah!
Tapi aku ingin cerita sedikit penyesalanku tidak pernah berani bilang soal Pesma Ar-Royyan. Betapa di sana lebih tertata, penuh dengan target, dilimpahi cahaya ilmu, setiap hari bisa dekat dengan ustadz-ustadzah yang sesekali bisa kutemukan di kajian kampus dulu. Iri sekali rasanya melihat mereka, mahasantri Pesma Ar-Royyan.
Ya Allah, aku sedih tidak berani menyatakan ke Bapak Ibuk kalau aku pingin mondok di situ. Kalau sekarang kupikir-pikir, dibandingkan dengan pesantren lain, Ar-Royyan lumayan worth it. Tidak jauh beda juga sama bayar kos di Khotimah.
Tapi ya Allah, hamba terima. Hamba memang memikirkan keberlangsungan keluarga di rumah, adik-adik yang banyak, semua masih sekolah. Ibuk yang masih bolak-balik Klaten - Jepara. Bapak yang mengatur semuanya sendiri atas segala kondisi di keluarga kami.
Hamba terima memiliki keluarga yang banyak dan terbiasa dengan keterbatasan. Hamba terima berada di keluarga yang penuh dengan tekanan. Hamba terima masa lalu hamba yang belum bisa asertif. Hamba terima semuanya Ya Allah.
Hamba terima beberapa teman terbaik dari Ar-Royyan yang Engkau sahabatkan dengan hamba. Teman baik yang masih terhubung sampai sekarang.
Hamba terima ya Allah, hamba cuman sesekali bisa menginjakkan kaki di Ar-Royyan. Mengunjungi teman, mengunjungi adik binaan, menghadiri tatsqif rutin, menemui mbak2 yang ditugaskan, pinjam buku, syuro, pinjam perkap, numpang sholat, numpang baca, numpang berteduh, ngerjain tugas, dll.
Ya Allah, hamba terima hamba tidak mondok di Pesma Ar-Royyan. Hamba ridho, ya Allah, tidak mondok di Pesma Ar-Royyan. Hamba ridho ya Allah, dengan masa lalu itu. Hamba ridho dengan segala keterbatasan itu.
Hamba bersyukur tidak mondok di sana, jangan-jangan kalau hamba mondok di Ar-Royyan, hamba jadi merasa keren, terus sombong. Terima kasih ya Allah, Kau tempatkan hamba selalu di tempat terbaik. Dulu, kini, dan hamba yakin, selamanya.
Terima kasih atas semuanya ya Allah. Hamba sudah selesai dengan Solo, termasuk Pesma Ar-Royyan nya. Hamba ridho impian itu terwujudnya sekarang, jadi guru BK yang musyrifah di pondok pesantren Ihsanul Fikri Mungkid. Hamba ridho dan bersyukur. Terima kasih banyak ya Allah. Engkau lebih Tahu yang terbaik untuk hamba.