Who Amung Us

Minggu, 20 Juni 2021

Standar Tinggi?

Aku mencari yang tidak perlu berubah. Cukup apa adanya dia saat kami dipertemukan Nya. Sekaligus mencari dia yang begitu juga memandang ku. Cukup baginya, apa adanya aku, saat itu.

Dengan demikian, kami akan cukup puas satu sama lain. Tidak perlu menuntut pasangan nya berubah.

Sepanjang aku belum menemukannya, aku cukup bahagia dengan diriku yang sekarang. Aku cukup menyibukkan diri dengan Segala sesuatu yang kusukai. Dan aku memang masih sibuk menjadi diri terbaik versi ku sendiri.

Siapapun kamu nanti. Semoga saat itu akan datang; saat terbaik, dimana kita sudah sama-sama jadi versi terbaik diri kita. Pada saatnya, pasti Allah akan pertemukan kita. 

Aku masih optimis. Kalau tidak dipertemukan di dunia, akan dipertemukan di surga. Tinggal aku usahakan saja supaya aku cukup layak dirahmati Allah masuk surga, dan ngga usah lama-lama dicuci di neraka. Supaya bisa cepat ketemu sama Dia.

Ya, boleh saja kalau orang bilang aku pilih-pilih. Tapi pengalaman telah membuktikan, lebih baik terlambat tapi dengan orang yang tepat, daripada disegerakan tapi dengan orang yang tidak tepat. Neraka dunia taruhannya.

Aku punya kondisi ku sekarang, punya serangkaian masa lalu, dan aku percaya aku punya masa depan. Aku tidak mau berubah hanya demi seseorang. Cukup bagiku berusaha jadi versi terbaik diriku, dan insyaallah pasti akan ada yang menghargai itu: apa adanya diriku.

Tidak hanya sekali, aku ditolak. Dan tidak cuma sekali pula aku menolak. Fair kan? Padahal yang penting adalah gimana caranya supaya setuju, bukannya saling menolak/ditolak. Masalahnya, susah menjelaskan semua standar ini. Mau dijadikan buku, subyektif sekali juga nanti jadinya. Dan aku malah takut jadi salah, karena memaksakan standar yang kuanggap benar itu, dipakai juga oleh orang lain.

Senin, 14 Juni 2021

Malam Ciwi-Ciwi di Jogja

Maaf Bapak.. kalau selama ini kita pernah pergi bareng, Bapak udah kecapekan, dan anak-anak tak tahu diri ini masih full charge.. Aku sungguh tidak sadar sebelum malam ini. Betapa usia berbanding terbalik dengan stamina. Apalagi untuk orang yang nggak pernah olahraga.

Sejarah malam ini. Menyusuri jalanan Malioboro sekitar 500 meter saja, di saat aku sudah kehabisan energi. Bersama mereka, manusia kalong yang memang hidupnya di malam hari, dan tidur selama ada matahari. Good. Nangis diam-diam. Kaki gempor, panas. Untung udah minum obat jauh sebelum berangkat. Dan Alhamdulillah asam lambung karena kepedasan makan mie setan Gacoan level 6 tadi siang, sudah teratasi setelah ngunyah promaag 2 butir.

Kami meninggalkan kos baru Lili jam 21.34 dan sampai di kos lagi jam 23.30an. Senin 14 Juni.

Kamis, 10 Juni 2021

Retoris

Maafkan aku yang tidak sempurna.

Maafkan aku yang terlalu idealis.

Maaf.

Mungkin harus begini ya, supaya hidup kita genap.


Beruntung sekali kalian yang punya orang tua lengkap sepasang saja hingga akhir usia kalian.


Mengapa di dunia ini harus ada rahasia?

Mengapa?


Mengapa dalam hidup banyak sekali hal yang berbeda?


Mengapa orang tidak mau belajar dari pengalaman?


Mengapa aku selalu salah?

Mengapa maksudku tidak pernah dipahami?


Mengapa aku tidak bisa menanyakan ini Semua pada siapapun?


Mengapa orang begitu egois?


Mengapa aku tidak pernah benar?


Mengapa hidup harus menjadi rumit?


Mengapa orang tidak bisa memaafkan?


Mengapa hari ini teramat sangat panjang?


Mengapa tak ada yang boleh ku percaya?


Mengapa pilihan ku selalu salah?


Mengapa dunia seperti masih baik-baik saja?


Pecah!

Pecah hatiku!

Biarlah!

Tak usah pedulikan lagi!

Buat apa, jika kau tak dihargai?


Besok, pergi!