Aku melihat murobbiyahku.
Aku melihat atasan langsung ku di tempat kerja.
Aku melihat sahabat ku semasa SMA.
Aku melihat sepupu - sepupuku.
Sebelumnya aku tak punya gambaran, bagaimana itu bentuknya mencinta. Apa yang harus dilakukan, bagaimana rasa dan sikap itu harus ditunjukkan. Karena yang pernah kudengar, menikah itu belajar mencintai tanpa tapi. Dan cinta itu kata kerja. Bukan sebatas rasa.
Kalau kamu menikah nanti, mau tidak mau kamu harus belajar mencintai dia yang menikahimu. Seperti apapun kondisinya. Dan dia itu pasti punya banyak aib, punya banyak kekurangan, punya hal-hal yang membuat hatimu tak nyaman, kurang senang.
Aku tidak bilang tentang hari akad, atau hari setelahnya. Tapi juga tentang bulan-bulan berikutnya, dan puluhan tahun selanjutnya.
Bagaimana menjalani setiap hari bersama orang yang segala kekurangan nya nyata di depan mata? Meskipun dia kamu cintai sepenuh hati.
Dari pengalaman orang sekitar lah aku belajar. Ada hikmahnya memang, aku belum menikah sampai usia ini. Aku berkesempatan menyerap pelajaran dulu sebelum terjun bebas ke alam yang baru. Agar aku tidak terlalu asing kelak dengan situasi baru itu. Oh pasti ada yang baru, serba baru. Tentu. Tapi setidaknya, sudah ada referensi. Dan semoga, aku tetap bisa jadi diri sendiri.