Who Amung Us

Selasa, 22 Desember 2015

Kalau Hidup Adalah Sebuah Pencarian



Kalau hidup adalah sebuah pencarian, maka mungkinkah hidupku ini tak banyak sisanya lagi.? Bukannya bermaksud mendahului takdir. Hanya.. inilah perasaanku. Satu demi satu, Tuhanku mulai mempertemukanku dengan apa-apa yang kucari-cari di sepanjang lampau hidupku.

Ya, hal-hal paling krusial telah tersampaikan, pertanyaan-pertanyaan tersulit mulai terjawab, satu per satu. Memang belum semua tempat yang kuingin kunjungi, telah terkunjungi secara fisik. Namun kuharap suatu hari nanti ide-ideku, pemikiran-pemikiranku, pengetahuan-pengetahuanku, keyakinan-keyakinanku bisa sampai ke sana, meski ruh-ku telah berada di barzakh yang semoga saja lapang, terang, dan penuh ketenangan.

Pagi itu, sekitar sebulan yang lalu, sahabatku AML (yang sudah pernah makan, bersafar, dan bermalam bersama denganku, meski perkenalan kami baru berumur kurang dari satu minggu) menegur soal uban di kepalaku, saat kami sarapan sepiring berdua di komsat  IAIN Serang.

Bukan baru kali itu Tuhan menegur umurku. Sudah sejak sebulanan sebelumnya aku menyadari keberadaan uban-uban itu. Yah, sepertinya aku memang sudah tua.. meski ini ada sumbangsih faktor genetis juga.
Janji-janji mulai terpenuhi.. hutang-hutang juga satu per satu mulai terlunasi, atau untuk yang besar minimal tercicil. Meskipun belum semua.

Namun sayang, aku sadar betul bahwa belum semua tugas hidupku tertunaikan. Semoga sudah tidak banyak lagi yang tertinggal… sampai nantinya aku bisa beristirahat dengan tenang.

Tuhan... Kupasrahkan umurku ke tangan-Mu. Terserah Engkau saja, mau berapa panjang atau berapa pendek. Yang kuminta cuma satu, jadikan ia berkah. Panjang ataupun pendek, yang penting umur itu penuh berkah, banyak manfaat. Sehingga seberapapun pendeknya, ia menjadi panjang.

Tidak harus angka umur di berkas kematian itu menunjukkan angka yang besar. Toh buat apa umur panjang kalau nyatanya tidak berkah. Apalagi yang pendek; udah singkat, gak banyak manfaat.

Hhh. Kalau aku masih punya sisa waktu, izinkan aku memprosesnya lebih baik lagi agar bisa lebih optimal dalam menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.. untuk umat.. untuk peradaban.

Mungkin orangtuaku akan bilang cita-cita seperti ini nih ketinggian. Tapi semoga saja tidak. Semoga akan tiba saatnya mereka bersyukur dan berbahagia .. oleh jariyah anaknya .. meski kadarnya tidak seberapa.

Ah...yang terpenting adalah, aku ingin kelak kita semua berkumpul lagi. Di tempat dan suasana yang jauh lebih baik dari yang terbaik saat ini.

Itu jelas butuh usaha keras. Tapi semoga bisa. Pasti bisa, dengan izin-Nya. Maka semoga waktu yang tersisa bisa digunakan sebaik-baiknya.